JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Tak hanya di Indonesia, krisis di kalangan startup dan perusahaan teknologi sepertinya terjadi juga di negara lain. Termasuk yang kabarnya sedang dibayangi ketakutan akan resesi adalah raksasa platform musik streaming, Spotify.
Sementara perusahaan lain terpaksa mengurangi jumlah karyawan secara massal alias melakukan layoff, Spotify lebih memilih mengurangi perekrutan karyawan. Via TheVerge, perekrutan baru oleh Spotify dibatasi sampai sebesar 25 persen setelah adanya kekhawatiran resesi yang terus meningkat.
Spotify sendiri bukan satu-satunya perusahaan teknologi yang mengevaluasi kembali staf mereka saat jatuhnya pasar saham. Twitter dan juga Meta mengumumkan pembekuan perekrutan karyawan bulan lalu. Begitupun Netflix yang terpaksa melakukan PHK pada beberapa karyawannya.
Seperti sudah disinggung di atas, menurut laman Variety, melalui memo yang dikirim melalui email oleh CEO Daniel Ek pada hari Rabu lalu, perusahaan akan mengurangi pertumbuhan perekrutan sebesar 25 persen.
Dalam presentasi kepada investor pekan lalu, Daniel Ek mengatakan bahwa pertumbuhan perusahaan tidak hanya dalam langganan, tetapi juga vertikal di luar musik seperti podcast, dan segera, audiobook.
Namun, Chief Financial Officer Paul Vogel, juga memberikan petunjuk bahwa kepegawaian dapat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi.
“Kami jelas menyadari meningkatnya ketidakpastian mengenai ekonomi global,” kata Vogel.
“Sementara kami belum melihat dampak material apapun terhadap bisnis kami. Kami terus mencermati situasi dan mengevaluasi pertumbuhan karyawan kami dalam waktu dekat,” imbuhnya.
Sebagai informasi, akhir Maret lalu, dilaporkan bahwa platform streaming musik ini memiliki 8.230 karyawan penuh waktu secara global. Namun demikian, atas keputusan tersebut, tidak diketahui bisnis apa yang akan terpengaruh dari penghentian rekrutmen karyawan ini.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Edwar Yaman