LOS ANGELES (RIAUPOS.CO) - Elon Musk, pengusaha miliarder, dikenal karena ide-idenya yang futuristik dan inovatif. Salah satu klaim terbarunya adalah bahwa manusia sudah menjadi cyborg atau robot.
Pernyataan ini mendapat banyak perhatian saat ini dan banyak orang ingin tahu apa yang dimaksud Musk ketika dia mengatakan "Kami sudah menjadi cyborg". Pernyataan Musk tersebut merupakan tanggapan atas posting blog baru-baru ini tentang AI atau Artificial Intelligence oleh pemodal ventura, Mark Anderson.
Dalam postingan blog, Musk berusaha menghilangkan beberapa "ketakutan dan prasangka" tentang AI. Dia berpendapat bahwa AI adalah cara "membuat hal-hal yang kita pedulikan menjadi lebih baik".
Menurut Bionity, cyborg merupakan kependekan dari "cybernetic organism", adalah makhluk yang menggabungkan komponen biologis dan buatan. Ini dapat mencakup apa saja mulai dari alat pacu jantung hingga kaki palsu.
Gagasan tentang cyborg telah ada selama beberapa dekade, tetapi menjadi lebih umum dalam beberapa tahun terakhir. Menurut Musk, manusia sudah menjadi cyborg karena ketergantungan kita pada mesin untuk menjaga ingatan kita.
Dia berpendapat bahwa kita memiliki “versi digital” diri kita secara online dalam bentuk email, media sosial, dan rekaman digital lainnya. Dia juga menunjukkan bahwa kita memiliki akses ke ponsel dan komputer pribadi yang memberi kita "kekuatan super" melebihi apa yang mungkin terjadi beberapa dekade yang lalu.
Musk juga percaya bahwa langkah selanjutnya dalam evolusi manusia adalah bergabung dengan kecerdasan digital secara simbiosis. Dia berpendapat bahwa kendala pada kemampuan kita untuk berinteraksi dengan teknologi adalah input/output dan solusinya adalah menggabungkan dengan kecerdasan digital sedemikian rupa sehingga kita dapat berinteraksi dengannya dengan lebih mudah.
Dilansir dari ITHome, klaim Musk bahwa manusia sudah menjadi cyborg memiliki beberapa implikasi yang menarik. Pertama, ini menunjukkan bahwa garis antara manusia dan mesin sudah sangat tipis.
Karena manusia terus bergantung pada teknologi, menjadi sulit untuk memisahkan apa yang “alami” dari apa yang “buatan”. Implikasi lainnya adalah hubungan kita dengan teknologi menjadi lebih intim.
Kita tidak lagi hanya menggunakan mesin sebagai alat; kita menjadi lebih terintegrasi dengan mereka. Ini menimbulkan pertanyaan tentang apa artinya menjadi manusia dan seperti apa seharusnya hubungan kita dengan teknologi.
Visi Musk tentang hubungan simbiosis antara manusia dan mesin masih dalam ranah fiksi ilmiah. Namun, sudah ada contoh orang yang menggunakan teknologi untuk meningkatkan kemampuannya. Misalnya, beberapa orang menggunakan antarmuka otak-komputer untuk mengontrol kaki palsu atau berkomunikasi dengan komputer.
Seiring kemajuan teknologi, kemungkinan kita akan melihat lebih banyak contoh orang menjadi "cyborg". Ini menimbulkan pertanyaan tentang masalah etika dari gerakan tersebut.
Haruskah kita mengizinkan orang untuk meningkatkan kemampuan mereka di luar apa yang "alami"? Apa risiko menjadi terlalu bergantung pada teknologi? Ini adalah pertanyaan yang akan terjawab seiring berjalannya waktu.
Selain itu, klaim Elon Musk bahwa manusia sudah menjadi cyborg adalah salah satu yang akan dipertanyakan banyak orang. Ini menunjukkan bahwa hubungan kita dengan teknologi menjadi lebih intim dan garis antara manusia dan mesin sangat tipis.
Sementara visinya tentang hubungan simbiosis antara manusia dan mesin masih dalam ranah fiksi ilmiah, jelas bahwa teknologi mengubah cara kita berinteraksi dengan dunia di sekitar kita. Saat kami terus mengintegrasikan teknologi ke dalam hidup kami, penting untuk mempertimbangkan implikasi etis dari menjadi lebih bergantung padanya.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Edwar Yaman