Cara Mencegah Cyber Bullying, Awasi Penggunaan Gawai pada Anak

Teknologi | Rabu, 17 Mei 2023 - 20:20 WIB

Cara Mencegah Cyber Bullying, Awasi Penggunaan Gawai pada Anak
Ilustrasi, Penggunaan gawai. (PEXELS)

JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Perundungan (bullying) kerap menimpa anak usia sekolah. Kasus itu biasanya terjadi di sekolah maupun lingkungan mereka bermain. Tidak hanya itu, perkembagan dunia digital pun membuat kasus itu berkembang ke platform media sosial.

Hal itu tidak bisa dianggap sepele dan harus dicegah. Komisioner Komnas Perlindungan Anak (Komnas PA) Lia Latifah mengungkapkan, kasus perundungan tidak bisa diselesaikan ketika sudah terjadi saja. Perlu pencegahan. Hal itu dimulai dari linkungan terdekat si anak. Yakni, rumah, sekolah, maupun tempat mereka bermain.


"Kasus perundungan yang terjadi di satuan pendidikan, bukan hanya terjadi sesama siswa, tetapi dapat terjadi di lingkup pendidik, dan tenaga kependidikan," ujar Lia Latifah di di SDN Marunda 05 Jakarta Utara, Rabu (17/5/2023).

Tidak hanya di lingkungan, sambung Lia, ancaman perundungan pun mulai berkembang ke ranah media sosial (medsos). Maka dari itu, para orang tua perlu membatasi dan mengawasi buah hati jika bermain gawai. Pengawasan penggunan gawai itu sangat penting agar si anak tidak mengakses situs yang bukan peruntukannya. Selain itu, aktivitas anak di media sosial. Jangan sampai aktif di medsos membuat si anak jadi korban cyber bullying.

Penjelasan itu dipaparkan juga oleh Lia Latifah bersama Komnas PA yang berkolaborasi dengan PT Jamkrindo. Dia membeberkan beberapa penyebab terjadinya tindak kekerasan dan perundungan di sekolah.

Antara lain karena kurangnya sarana dan sumber daya dalam pengawasan kegiatan peserta didik dan lingkungan pertemanan yang negatif. Kemudian dari itu, budaya perundungan turun temurun; kebijakan atau regulasi sekolah yang belum jelas tentang pencegahan dan penanganan tindak kekerasan.

"Ada juga faktor individu seperti balas dendam, karakter reaktif, agresif, ingin berkuasa, dan lainnya," terangnya.

Menurut dia, pencegahan perundungan dan kekerasan harus dilakukan dengan kesediaan, komitmen, konsistensi, kerja sama, dan keterbukaan semua pihak. “Perlu upaya yang holistik dan integratif dalam pencegahan dan perlindungan kekerasan," ujarnya.

Sementara itu, Sekretaris Perusahaan Jamkrindo Dody Novarianto menuturkan, pihaknya sengaja membuat program edukasi anti perundungan dan kekerasan seksual kepada 5.300 pelajar SD di wilayah Jakarta dan Bekasi. Semua itu tersebar di di 21 sekolah.

Kegiatan itu bertujuan untuk menghindari tindakan perundungan dan kekerasan seksual kepada anak-anak.

"Kegiatan ini bentuk kepedulian kami terhadap sektor pendidikan dan tujuan pembangunan berkelanjutan (TPB) khususnya pada pilar pendidikan bermutu, kesetaraan gender, dan mengurangi ketimpangan,” ungkap Dody.

Sumber: Jawapos.com

Editor: Eka G Putra









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook