TEKNOLOGI INTEL

Menjembatani Kesenjangan Digital di Asia Tenggara

Teknologi | Minggu, 31 Januari 2016 - 14:56 WIB

Menjembatani Kesenjangan Digital di Asia Tenggara

Selain itu, konektivitas 3G memungkinkan penggunaan baru yang pintar dari teknologi berbasis pada Internet of Things (IoT). Di tahun 2016, ada 27 proyek pemerintah untuk membuat smart city di seluruh Asia Tenggara. India sudah menyatakan akan membuat 100 smart city. Singapura memiliki pertumbuhan populasi namun dibatasi oleh kendala luas daratan, yang mengharuskan pemerintah untuk lebih efisien dalam mengotomatisasi bidang-bidang seperti transportasi umum, manajemen lalu lintas, dan penggunaan energi.

Sementara di Indonesia, IoT dapat diimplementasikan dalam beberapa aspek, seperti lokasi mikro, transportasi masyarakat cerdas, respon yang cepat dalam situasi darurat, pembayaran digital, dan juga dapat digunakan untuk mendukung pengembangan kota pintar, yang akan direncanakan di beberapa kota seperti Jakarta, Bandung, Surabaya.

Baca Juga :Gadget Google Pixel 9 dan 9 Pro Rilis Oktober 2024, Cek Keunggulannya

Masih banyak pekerjaan yang diperlukan untuk menjembatani kesenjangan digital di Asia Tenggara, dan jawabannya tidak hanya sekedar membuat teknologi lebih terjangkau. Generasi muda di kawasan Asia Tenggara sangat mengerti dunia digital. Pada saat yang sama, mereka kurang memiliki budaya yang kuat dalam penciptaan teknologi untuk mengurangi konsumsi.

"Di negara berkembang, banyak pengguna tablet dan smartphone sudah merasa senang hanya menggunakannya untuk browsing internet. Jadi, tantangan terbesar adalah untuk mendidik masyarakat tentang potensi teknologi, terutama pada PC, untuk berinovasi dan memecahkan masalah kehidupan masyarakat. Di Intel, kami berusaha memberikan inspirasi kepada generasi muda untuk membuat konten dan menciptakan aplikasi. Teknologi keren seperti RealSense, Curie, dan Galileo dapat memberikan ide-ide dan startup baru," kata dia.

Prakash menyebutkan ketika melihat kesenjangan digital, sangat penting untuk mengingat bahwa negara dengan penetrasi teknologi yang buruk menikmati keuntungan yang unik. Sementara pasar yang matang dibebani oleh infrastruktur lama. Di negara berkembang, kabar baiknya adalah bahwa tidak adanya infrastruktur lama memberikan kesempatan kepada perusahaan dan start-up untuk berpikir lagi.

"Mereka dapat merebut kemampuan baru yang menarik dan benar-benar memulainya dengan melewati pesaing mereka, dan pada tahun 2016 ini, saya yakin bahwa akan banyak kejadian besar," tutup Prakash.

Editor: Hary B Koriun









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook