TAPANULI TENGAH (RIAUPOS.CO) - Kasus ini benar-benar di luar akal sehat. Seorang anak laki-laki di Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara berusia 10 tahun sebut saja inisialnya ES, menjadi budak seks seorang perempuan berusia 40 tahun berinisial MW. Bukan hanya menjadi korban pelecehan seksual, ES juga disekap di rumah MW selama delapan hari.
Kasus pemerkosaan tak lazim ini terungkap ketika orangtua ES kehilangan putranya. Setelah delapan hari lelah mencari, orangtua korban, SS (51) pada Ahad (29/11/2015) lalu tak sengaja lewat di depan rumah tersangka dan melihat sepintas sosok anak kecil di dalam rumah itu. Merasa curiga, dia tak lantas mendatangi rumah tersangka. Dia pergi menemui kepala lingkungan (kepling) setempat dan melaporkan hal tersebut. Tak hanya kepling, bersamanya juga ikut beberapa warga untuk mendatangi rumah tersangka yang hanya berjarak 30 meter dari rumah korban.
"Ada dilihatnya kaki anak-anak, dia curiga kalau itu kaki anaknya. Didatanginya rumah kepling dan melaporkannya. Lalu kepling bersama warga ikut ke rumah tersangka,” kata Kasat Reskrim Polres Tapteng, AKP Kusnadi, Senin (7/12/2015) lalu.
Saat coba mengetuk pintu rumah, lanjutnya menceritakan keterangan ayah korban, tersangka tidak menjawab dan tidak membuka pintu rumah. Dengan terpaksa, warga mencoba membuka paksa pintu rumah tersebut dengan cara mendobraknya. Tapi usaha itu tidak berhasil. Tak ingin usaha yang mereka lakukan sia-sia, warga lantas mencari kayu dan mencongkel pintu rumah tersebut hingga terbuka.
“Didobrak tak bisa terbuka, setelah dicongkel pakai kayu baru bisa,” ungkapnya.
Kemudian, dua warga masuk ke dalam, sementara sebagian lagi menunggu di luar. Di dalam, tersangka berdiri dengan mengacungkan sebilah parang ke arah dua warga tersebut sembari mengancam.
“Dia (tersangka) mengancam warga yang masuk tadi untuk tidak mendekat sambil pegang parang,” bebernya.
Melihat aksi nekat tersangka, kedua warga itu lantas melakukan perlawanan, hingga parang tersebut berhasil direbut dari tangan tersangka. Namun, saat warga mencoba mencari keberadaan korban di rumah tersebut, tidak berhasil. Sempat putus asa, salah seorang warga akhirnya berhasil menemukannya dalam sebuah kotak kayu yang seukuran dengan tubuh bocah malang itu.
“Hampir tak ketemu, untung ada warga yang melihat kotak kayu, ukurannya pas-pasan dengan badan korban dan membukanya. Ternyata, korban dimasukkan ke kotak tersebut. Ternyata, sewaktu tersangka melihat warga ramai datang, diapun langsung menyembunyikan anak itu ke dalam kotak,” katanya.
Setelah menemukan korban, kata Kusnadi, kepling dan warga tidak lantas menghakimi tersangka dan interogasi terhadap korban pun belum dilakukan, lantaran kondisinya yang masih trauma.