SIAK

Belajar Dihentikan saat Air Semakin Tinggi

Siak | Kamis, 14 Januari 2021 - 14:04 WIB

Belajar Dihentikan saat Air Semakin Tinggi
Seorang guru menggendong muridnya ketika air mulai naik di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Hubbul Wathan Jalan Hang Tuah Sungai Apit, Rabu (13/1/2021).(MONANG LUBIS/RIAUPOS.CO)

SIAK (RIAUPOS.CO) -- Madrasah Ibtidaiyah (MI) Hubbul Wathan Jalan Hang Tuah Sungai Apit atau sekitar 200 meter dari Sungai Siak menjadi langganan genangan air. Setiap tahun genangan air sungai masuk ke sekolah dan memang harus dihadapi.

Demikian dikatakan Kepala MI Hubbul Wathan Gustiyana SPdI. Disebutkannya, saat ini jumlah murid 149 orang. Situasi  air masuk ke sekolah berlangsung sudah dua hari.
Mereka belajar mengajar selagi bisa. Pagi ketika air belum naik, anak-anak akan belajar. Ketika air dimulai naik, aktivitas belajar masih terus berlangsung. Hari pertama air mulai naik pada pukul 09.00 WIB, sedangkan hari kedua air naik pada pukul 09.30 WIB.


"Namun, saat air semakin tinggi, bisa sampai selutut orang dewasa, kami hentikan belajar pengajar dan anak-anak kami pulangkan," jelasnya.

Disebutkannya, air naik sampai masuk ke sekolah sudah terjadi dalam dua hari ini. Kabar dari warga yang rumahnya di tepi sungai, seperti sekolah ini, puncaknya ada dalam sehari atau dua hari ke depan.

"Adapun langkah yang kami lakukan salah satunya adalah memanfaatkan belajar lebih awal, sebelum air naik dan semakin tinggi," ungkapnya.

Ketika air sudah semakin tinggi, sebagian anak-anak akan dipulangkan. Mereka adalah anak-anak kelas 2 sampai kelas 5. Sedangkan untuk anak kelas 1 dan kelas 6 tetap sekolah, karena ada tiga ruang kelas yang aman dari air.

"Pertimbangan kami, anak kelas 1 tetap belajar karena perlu bimbingan guru. Sedangkan untuk kelas 6, jelas akhir yang akan mendekati ujian," ungkapnya.

Sampai sejauh ini, buku-buku aman, karena berada di atas, berseberangan dengan kantor. "Meski terganggu dengan situasi ini, kami harus tetap optimis bahwa situasi ini akan cepat berakhir," sebutnya.

Dalam kondisi seperti ini, dikatakannya, dia dan para guru harus bisa membaca situasi dan gerak cepat. Tahap awal tentunya paya penyelamatan sebagai prioritas, baru selanjutnya materi pelajaran sebagai prioritas.

"Kami akan selalu mengingatkan atas situasi yang terjadi. Sehingga semuanya tetap baik-baiknya meski dalam kondisi khawatir dan was-was setiap hari," sebutnya.(mng)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook