Lama tak terdengar, kini aktivitas Taman Budaya Riau kembali berdenyut. Tak tanggung-tanggung, sekali "berdayung" (menggelar helat seni), langsung berdurasi lumayan panjang dari Juli hingga Agustus 2019. Helat itu diberi tajuk, "Kenduri Seni Rakyat Riau" di kompleks Taman Budaya Riau.
(RIAUPOS.CO) -- SELAIN menggelar berbagai pertunjukan seni, helat ini juga diisi dengan berbagai kegiatan lain seperti pameran lukis dan seni rupa, diskusi seni, serta pemutaran film lokal. Hal ini diungkapkan penanggung jawab acara Azis Fikri disela-sela kesibukannya melayani berbagai keperluan peserta yang diundang pada helat tersebut.
Menurut Azis Fikri, yang juga seorang aktor dan sutradara itu, Kenduri Seni ini memang diperuntukkan bagi seniman Riau dari berbagai percabangan seni, terutama seni pertunjukan dan seni rupa. Tak kurang dari 25 pertunjukan digelar pada malam-malam yang ditentukan. Sementara itu, untuk seni rupa (pameran, red) dibentang sepanjang kegiatan berlangsung.
"Kegiatan ini sudah dirancang cukup lama, dan kali ini bisa wujud jadi kenyataan. Tentunya, kami bersyukur sebab Taman Budaya memang diazamkan sebagai laman bermain para seniman," ulas Azis Fikri.
Dalam helat ini, masyarakat disuguhkan berbagai pagelaran seni seperti teater, tari, musik (tradisi dan modern). Palingtidak, kerinduan masyarakat pada geliat seni berbasis lokal dapat diwujudkan. Ditambah lagi, kegiatan ini cukup berdurasi panjang, 10 Juli hingga 9 Agustus mendatang.
Pada helat ini pula, antar seniman, penikmat seni, dan masyarakat umum bertemu. Berinteraksi dan bertransaksi pengalaman serta kreativitas masing-masing. Hal ini disampaikan Kadis Kebudayaan Riau Yoserizal Zen saat membuka acara beberapa waktu lalu. Dijelaskan Yoserizal, bahwa perkembangan seni pertunjukan di Riau menunjukkan tren positif. Setiap komunitas, baik tradisi maupun seni modern saling berlomba untuk memberi manfaat bagi perkembangan kebudayaan pada masanya.
"Kami merasa, keberadaan dinas kebudayaan sangat strategis untuk membangun kebersamaan masyarakat Melayu pada umumnya. Apalagi, masing-masing komunitas memang hidup dalam ragam dan variasi budaya lokal yang kental," ujar Yos, sapaan Yoserizal Zen.
Dipaparkannya, tentu saja kenduri ini menjadi hajat bersama sebab mendapat respon yang positif. Bahkan masing-masing peserta undangan memberikan suguhan yang maksimal sehingga karya-karya mereka kian menunjukkan kekayaan budaya Melayu.
Bisa disaksikan setiap penampilan, baik tradisi maupun modern, cendrung berbasis budaya lokal. Kekayaan budaya yang "berserak" diceruk-ceruk negeri ini muncul ke permukaan dan bersatu di atas panggung-panggung yang disediakan.
"Kita bisa menyaksikan kolaborasi sastra lisan seperti Koba, Malalak, Nyanyi Panjang, dan lainnya berkolaborasi dengan seni modern. Ini semakin meyakinkan kita bahwa kekuatan yang terserak jika bersatu, bak sapu lidi. Kuat," ulas Yos.***
Laporan FEDLI AZIS, Pekanbaru