LAKSE DAN MIMPI-MIMPI SERUPA BUNGA

Menjengah Geliat DKR

Seni Budaya | Minggu, 23 Agustus 2020 - 09:50 WIB

Menjengah Geliat DKR
Suasana Lakse Dewan Kesenian Riau dengan berbagai penampilan seni di Laman Cik Leman, DKR, beberapa waktu.

Laman Dewan Kesenian Riau (DKR) yang telah lama sunyi, beberapa waktu lalu penuh sesak. Ada apakah di laman itu?

(RIAUPOS.CO) - PENUH, sesak. Begitulah yang terasa saat hadir dan menyaksikan berbagai pertunjukan seni di halaman gedung DKR, dua pekan lalu.  Gedung satu atap dengan eks kampus Akademi Kesenian Melayu Riau (AKMR) yang terletak di belakang gedung  Anjung Seni Idrus Tintin (ASIT) ini, selama bertahun-tahun sunyi. Jangankan dari aktivitas seni, pengurus DKR pun tak terlihat di tempat ini.


Pengurus DKR baru yang dipimpin Taufik Hidayat alias Atan Lasak dan terbentuk belum lama ini, mengubah laman sunyi itu menjadi laman kreatif. Berbagai pertunjukan seni ditampilkan; tari, musik, teater, sastra, rupa dan masih banyak lainnya. Kegiatan ini diberi nama Lakse (Laman Kreasi Seni).

Lakse menjadi laman para seniman di Riau untuk berkreatifitas. Begitu ditegaskan Atan Lasak yang juga akrab disapa Buyung. Rencana semula, Lakse digelar dua kali dalam sebulan. Hanya saja belum bisa dilaksanakan maksimal  mengingat pandemi Covid-19 di Riau semakin meningkat, Selain itu juga ada imbauan Wali Kota Pekanbaru agar tidak menyelengarakan kegiatan yang bersifat mengumpulkan orang banyak.

Lakse - DKR

‘’Lakse yang pertama kami laksanakan sengaja di halaman gedung DKR yang lebih terbatas, karena kami khawatir akan terjadi penumpukan penonton. Selain itu, kami juga memberi penghormatan kepada Pak Cik Sulaiman, musisi Riau yang pertama sekali meraih gelar musik dari Riau sehingga tempat Lakse ini kami beri nama Laman Pak Cik Leman atau Laman Cik Leman,’’ beber Buyung.

Kegiatan Lakse ini sesuai hasil perbincangan DKR dengan Kadispar Riau sebelumnya, Roni Rahmat. Keduanya sepakat berkerja sama. Hanya saja karena Covid-19, Lakse 2 belum bisa dilaksanakan.

Lakse pertama, selain diisi pertunjulan 5 bidang seni, juga ada dialog, Poschas dengan narasumber Ketum DKR, Kepala Dinas Pariwisata (Kadispar) dan Kepala Dinas Kebudayaan (Kadisbud).

Lakse hanya salah satu kegiatan yang akan mewarnai laman seni DKR. Seni-seni lain akan bertumbuhan serupa bunga di laman itu. Sejak terpilih sebagai Ketua Umum DKR secara aklamasi beberapa waktu lalu,  Buyung dan pengurus lain telah menyusun berbagai kegiatan seni. Tak lain tak bukan untuk menggairahkan dunia berkesenian di Riau di banyak cabang. Kegiatan-kegiatan tersebut berada di lima cabang atau komite.

 Kegiatan di Komite Teater dan Film, antara lain, Festival Film cerpen tingkat SMA se Provinsi Riau  yakni sebuah kegiatan festival film yang wajub diangkat dari cerpen yg telah dikurasi oleh DKR untuk kemudian difilmkan menurut persepsi masing-masing peserta. Kemudian ada Tafakus Teater dan Festival. Monolog Virtual.

Lakse - DKR

Pada Komite Tari, juga sudah disusun beberapa kegiatan. antara lain,  Zapin Kiblat Lima, yakni,  sebuah kegiatan dalam bentuk diskusi serta pertunjukan di sentra Zapin di Riau  tepatnya di Kabupaten Siak, Bengkalis, Pelalawan, Rohil dan Inhil. Selain itu juga ada kegiatan Pingat Kejohanan Tari.

Pada Komite Seni Rupa akan ada Roadshow & Podcast Senirupa, Kongres Seni Rupa Riau : FGD dan Seminar Rupa Riau.

Tak ketinggalan dengan Komite Sastra yang juga sudah merancang banyak kegiatan. Antara lain, Ekspedisi Sastra, Lomba Cipta Cerpen tingkat Pemuda se-Riau, Lomba Cipta dan Baca Puisi tingkat SMA sederajat se-Riau.

Pada Komite Musik, ada Rarak Musik dan Lomba Cipta Lagu Daerah. Selain kegiatan di atas, ada juga program Junjung Seni serta Lakse (Laman Kreatif Seni). Kegiatan tersebut dilaksanakan berkat kerja sama  Dinas Pariwisata Riau.

Disebutkan Buyung, dari sekian banyak kegiatan, Junjung Seni merupakan kegiatan terbesar yang akan dilaksanakan tahun ini dengan mengusung tema “Mahkota untuk Kita”.

Karya-karya terbaik seniman Riau akan ditampilkan dalam  kegiatan ini.

‘’ Jadi karya-karya untuk disuguhkan harus dikurasi secara ketat oleh tim kurator yang ditunjuk DKR, berbeda dengan Lakse. Lakse lebih ke ajang adu kreatif saja,’’ beber Buyung.


Buyung juga berharap agar dunia seni di Riau semakin  marak. ‘’DKR adalah rumah besar bagi seniman Riau. Pengurus DKR wajib hukumnya memantik semangat seniman untuk berinovasi dan berkreatifitas. Setiap kegiatan dan program, DKR melibatkan seniman Riau sesuai dengan bidangnya. Meski DKR rumah seniman, DKR tak bisa membuat seniman menjadi kaya, hanya seniman sendiri yang membuat dirinya kaya tentunya dengan karyanya. Apalagi saat ini seniman dituntut untuk bersekutu dengan peradaban yang serta internet, mengemas karyanya dengan media lain yang serba digital. Hal ini saya sebut dengan istilah ekspansi seni budaya berbasis ekonomi,’’ kata Buyung lagi.

Untuk mewujudkan ekspansi seni budaya berbasis ekonomi ini, lanjut Buyung, didukung oleh pengurus DKR yang sebagian besar adalah senimam muda yang paham dunia digital dan desain. Ini khusus untuk ke dalam diri DKR. Sedangkan urusan keluar, DKR menjalin kerja sama dengan pemerintah dan perusahaan.

Harapan paling besar terhadap DKR ke depan yang juga sedang diusahakan, yakni, adanya peraturan memberikan penguatan lebih untuk pengembangan sumber daya kesenian bidang kreatif dan bidang teknis. Penguatan ini bisa berupa Peraturan Gubernur (Pergub) ataupun Perda.

Pergub ataupun Perda adalah mimpi besar seorang Atan Lasak dan ia yakin hal ini terwujud. ‘’ ‘’Target adanya Pergub ataupun Perda DKR memang tak bisa ditentukan dalam hitungan hari, bulan, ataupun tahun, tapi paling tidak ketika saya tak lagi menjadi Ketua Umum DKR, payung hukum ini sudah ada untuk pengurus berikutnya,’’ harap Buyung.***

Laporan KUNNI MASROHANTI, Pekanbaru

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook