Gigi Macan Pengusir Hama
Untuk mengusir tikus-tikus liar
Yang kerap menghabisi batang padi sawah ini
Kau tanam gigi macan
Ke empat arah penjuru mata angin
Dan doa-doa mustajab
Dari pemantra di ujung kampung.
Kau bilang sinar matahari
Bakal membasuh permukaannya
Dengan panas semesta
Dan cahaya yang terpantul kelak
Membakar tubuh tikus-tikus itu.
Tapi tak kau lihat wujudnya
Saat dipetik dari tampuk geraman.
Gigi macan ini
Putihnya susu sapi,
Pangkalnya berpori-pori,
Sedang ujungnya tunggul terbakar
Retak arang dan cangkang umang-umang
Mengurung panas dalam garisnya.
Tak kau lapisi ia
Dengan getah rengas yang diaduk
Dengan remah roti
Sebagai penggertak tulang belakang
Saat bulu hidung mereka turun menghidu.
Gigi Ginsul Itu, Cintaku
Gigi ginsul itu, cintaku
Di antara baris-baris gigi susumu
Seperti anak gardamungu
Menunggu kedatangan pagi
Dan orang-orang yang berkerumun
Menyaksikan embun lepas dari tampuknya.
Padanya dititipkan
Doa-doa si pengunyah sayur
Agar pada suatu musim subur
Setumpuk daging mengurai serat
Tatkala berlalu di matanya
Seperti bilah-bilah rotan yang berurai.
Pun padanya rembulan hitam
Turun dari bibir si buruk rupa
Berharap cahaya.
Ia yang ingin
Agar pada suatu malam gerimis
Ketika mata bintang terkatup disergah petir
Kelak memancarkan warna putih langit
Sebagai ganti gincu pemanis bibir
Sebelum para bujang
Datang bertandang.
Dan padanya ari-ari telur mata sapi
Menumpang darah
Setelah cangkang dipecahkan.
Ia ingin darah yang pernah akrab itu
Kelak mengucur
Dari leher
Tuan si pemenggal.
Tapi ia yang muncul di bibirmu, cintaku,
Tumbuh, juling
Membobol kawat gusi
Bagai tulang sisip yang menyelinap di punggung.
Lepaskan ia, cintaku,
Bawalah ke tukang gigi,
Sebelum serat tebu datang,
Sebelum pucuk ubi bertandang,
Sebelum matanya menjadi tombak.
Di luar, musim dingin singgah di bibirku.