Enau Memanjat Sigai
Akulah enau
Yang memanjat sigai
Sebab daun terlampau turun
Menjujut rengkah urat dan buah busuk.
Dulu kulindungi jenjang
Yang menjalar di batang tubuh
Serupa getah melindungi dahan
Di saat tuan penakik usai menyadap.
Malam hari kupetik embun
Dari kelelawar buta
Yang berkira beluluk di tampuk
Jambu biji setengah jadi.
Sekedar untuk memburaikan ijuk
Di pangkal agar esok sedia dipilih
Dan dipangkas tuan jadi sapu
Dan atap rumah gadang.
Seperti cacing tanah
Yang membantu menutrisi tanah.
Kini akulah enau
Yang memanjat sigai.
Tumbuhku sekedar untuk
Menumbangkan pagar sendiri.
Sebab aku teramat sansai
Menyandang batang tubuh.
Tubuh yang terlampau duri
Bagiku bertumpu.
Setelah kudengar Datuk Penghulu
Menyunting calon biniku.