"Bokal"sebagai Benteng Diri

Seni Budaya | Minggu, 10 Maret 2019 - 10:22 WIB

"Bokal"sebagai Benteng Diri
Para penari beraksi dalam karya koreografer Wan Harun Ismail berjudul “Bokal” yang tampil di teater arena Taman Budaya Riau.

BAGIKAN



BACA JUGA


(RIAUPOS.CO) - KARYA tari koreografer Wan Harun Ismail berjudul “Bokal” hadir di depan publiknya sendiri, Selasa (5/3) lalu di teater terbuka, Taman Budaya Riau. Karya berdurasi kuranglebih 45 menit itu menawar wacana yang terbilang sunyi dari pengamatan kreator seni pertunjukan, terutama di Riau.

Wan Harun Ismail yang akrab disapa Iwan Ocu, menganyam dua tradisi lokal, dalam karya ini, Kampar yakni silat perisai, dan sastra lisan bagandu. Apalagi, dunia silat dan petatah-petitih memang sangat dekat dengan dirinya sebagai anak jati. Menariknya, silat dan sastra lisan yang menjadi pijakan tidak dihadirkan begitu saja. Melainkan di eksplorasi atau digubah menjadi sesuatu yang berbeda dengan kesan kekinian.

Tiga penari dan dua pemusik menguasai arena (panggung) dengan komposisi yang senantiasa bergerak. Karya ini serupa ‘jalan sunyi’ untuk mengembalikan aku ke dalam diri.

“Bokal”, menurut Iwan diambil dari dialek Kampar yang bermaksud “Bekal” atau “Perbekalan”. Bokal merupakan interpretasi akan makna serta filosofi dari silat dan sastra lisan yang masih eksis di Kampar. Iwan menafsirkan bokal sebagai sebuah upaya membentengi diri terhadap hal-hal yang merusak sistem dan tatanan kehidupan manusia.

“Pemahaman karya Bokal jauh lebih kepada persiapan membentengi diri menghadapi kehidupan berdasarkan aturan agama dan adat istiadat,” ujar sang koreografer.

Dijelaskannya silat hadir sebagai susatu yang sangat kompleks bagi manusia, jika hal ini berhasil di implementasikan. Silat yang menjadi sumber karya Bokal merupakan sebuah bentuk kesenian tradisi yang berada “paling’ dekat dengan koreografer.









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook