RIAU Rhythm Chambers Indonesia (RRCI) yang terdiri dari delapan anak muda Riau kembali menggelar konser di penghujung 2015 lalu. Bertempat di Sapu Lidi Art Space, Ahad malam (27/12) grup musik ini pernah menggelar konser di beberapa kota di Indonesia bahkan luar negeri.
Konser kali ini mereka sebut dengan konser mini dan sekaligus ruang dengar. Sebuah konser yang digelar dengan kemasan sederhana, terbuka untuk saling mendengar dan didengar serta saling berbagi dalam diskusi.
Enam dari sembilan karya yang terhimpun dalam album Sound of Suvarnadvipa (The Journey of Musical Harmony) didedahkan seperti "Suara Jiwa", "Langkapuri", "Pancalang", "Lukah Gilo", "Suara Suvarnadvipa" dan "Indera Dunia". Menariknya, usai satu karya diperdengarkan, RRCI membuka sesi dialog dengan pengunjung yang datang. Sehingga semua karya musik menjadi terang proses pencipataannya.
Berbicara masalah apa dan juga terinspirasi dari mana, tentang segala sesuatu dari segi proses berkarya, latihan, manajemen hingga keseharian para musisi dari kelompok yang sudah berusia 14 tahun ini. Ruang yang disediakan grup yang mengusung ethno contempo world music ini menjadi sebuah ruang di mana tercipta proses edukasi.
Menurut pimpinan RRCI, Rino Dezapaty, berbagi informasi, berdiskusi serta membangun komunikasi sosial adalah kekuatan tersendiri yang dimiliki kelompok musik ini. Riau Rhythm dengan kekuatan personil delapan orang, serius mengobservasi Candi Muaratakus dan kejayaan Sumatera-Nusantara yang kekuasaannya hingga Asia Tenggara sebagai tema musik proto Melayu, serta memainkan konsep musik serius atau bisa diterjemahkan seperti jalan sunyi.
Sunyi atau sepi dari penikmat populer karena sebelumnya Riau Rhythm dalam album pertama 2002 hingga ke-6 pada 2012 memainkan konsep ethno modern dan bergenre new age music lebih kearah kolaborasi gaya musik popular dan tradisi lokal.
"Jadi memang konser mini yang kami gelar malam ini, sekaligus terkemas dalam program ruang dengar. Artinya, kami menyediakan ruang untuk saling berbagi dan bercerita. Satu hal penting yang kami sadari, RRCI bisa berjalan dan bertahan 14 tahun karena teman-teman selalu setia memberikan kritik dan saran. Hal itu sangat berguna bagi proses pengkaryaan kami," ujar Rino selaku pimpinan RRCI.
Seperti halnya, karya musik pertama yang menjadi pembuka berjudul “Suara Jiwa”. Sebuah karya yang terinspirasi dari kisah nyata, kisah salah seorang narasumber RRCI, sewaktu melakukan riset dalam proses penciptaannya. Konsep karya tersebut dijelaskan Rino berangkat dari seni nandung yang ada di Kampar, nondong, batimang dan meratok.