RIAU RHYTHM CHAMBERS INDONESIA

Meniti di Jalan Sunyi

Seni Budaya | Minggu, 03 Januari 2016 - 16:56 WIB

Meniti di Jalan Sunyi

Demikian seterusnya, karya demi karya dibentangkan lalu didiskusikan antara audience dan anggota RRCI. Sedangkan konsep seni pertunjukan yang dikemas di sebuah pondok atau pendopo. Para pengunjung, duduk santai menikmati juadah yang tersedia di Sapu Lidi Art Place sembari menikmati nomor-nomor karya yang dipentaskan.

Seniman teater Riau, Fedli Azis yang hadir mengatakan konser mini RRCI menarik, baik secara pemanggungan, maupun tema. Secara tema misalnya, Rino Dezapaty Mby Cs memang cukup melakukan penggalian berdalam-dalam tentang Sound of Svarnadvipa. Karya itu seperti sebatang tubuh yang sehat dan bugar namun belum dikenal secara luas. Karya itu bertubuh "gunung" dan berpakaian "laut". Makna yang tersirat, ada perbancuhan dan persilangan yang menyatu erat antara "hulu" dan "hilir".

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

“Mendengar dan menyaksikan karya-karya yang didedahkan, kita seperti menaiki sebuah ’karpet terbang’ Aladin untuk dihantar ke banyak tempat secara imajinatif lewat bunyi-bunyi yang khas India, Thailand, Cina, Arab, Eropa, Jawa, Melayu, dan lainnya, yang semuanya berpijak dari Mutakui atau Muaratakus. Ada banyak kata dan nama masih segar dalam komunitas adat, namun gulita dalam dunia yang serba gegap gempita seperti Mutakui, Langkasuka, Puti Indera Dunia, Jang Si Bono, Pancalang, dan banyak lagi. Nama dan kata-kata itu punya kisah dan cerita yang bila didedahkan pula akan panjang dan mengasyikkan,” jelas Fedli.

Salah seorang pengunjung lainnya, Ridwan mengaku dengan jujur bahwa karya musik RRCI, sangat luar biasa. Dia yang notabene tidak akrab dengan dunia musik yang kebetulan lewat, langsung bergabung disebabkan mendengar karya dari RRCI.

 "Saya sangat menikmati karya-karya RRCI, jujur saya baru pertama kali dengar tapi saya langsung dapat menikmati. Saya bahkan sempat berandai-andai, sekiranya saya orang film, saya akan buat karya film dengan menggunakan musik RRCI sebagai soundtrack-nya, karena karya-karya RRCI, sangat cocok dan mampu mewakili nuansa Riau," ujarnya.

Hadir dalam kesempatan itu, seniman budayawan Riau Hang Kafrawi, Willy Fwi, Onggo IKJ, Anut Ardiansyah, Monda Gianes, dan diramaikan pengunjung lainnya dari mahasiswa-mahasiswi dari beberapa universitas yang ada di Pekanbaru serta masyarakat sekitarnya.

Disebutkan Hang Kafrawi, bahwa ruang dengar yang ditaja RRCI merupakan upaya berkunjung ke ruang masyarakat. Hal ini sangatlah efektif, sebab pada hari ini karya seni tidak saja dipentaskan di gedung pertunjukan. Ruang publik harus dimanfaatkan agar karya seni dan masyarakat tidak berjarak.

 “Bukankah karya seni adalah cerminan dari masyarakat? Dan seniman harus terus menerus membawa ‘cermin’ itu ke tengah masyarakat agar semakin sadar masyarakat dengan kekuatan dan kelemahanya. Dan ada jiwa dan kegemilangan dalam irama RRCI. Rasa dan spirit memancar dan menjelma jadi keyakinan untuk mencintai negeri bernama Riau,” ujar Ketua Prodi Sastra Indonesia FIB Unilak.***

Laporan: Jefrizal

Editor: Fedli Azis









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook