"Zapin Api asli dari Rupat. Nenek Moyang kami menciptakannya seiring pulau ini menjadi tempat tinggal untuk pertama kalinya,’’ ujar Hapiz.
Pembacaan puisi secara bergantian dilaksanakan di lokasi bincang puisi, di bawah pohon Rhu. Pada kesempatan itu, Kunni juga menyerahkan beberapa buku sastra kepada Hapiz.
Acara dilanjutkan pada malam hari. Lapangan bola Desa Teluk Rhu atau depan kantor desa, menjadi lokasi malam puncak Kenduri Puisi. Lampu sorot dan panggung sederhana, semakin menarik oleh hiasan kan-kain yang melintang dan bergelantungan di seluruh sisi panggung.
Suasana malam itu terasa hidup oleh celoteh pembaca acara Syamsir alias Icamp yang juga seniman dari Pelalawan. Orang tua, pemuda, pemudi dan anak-anak melihat pertunjukan seni tersebut. Ada yang mendekat hingga depan panggung, tapi banyak juga di tepi jalan aspal atau di depan rumah mereka, karena lapangan dan panggung tersebut memang berada di tengah pemukiman masyarakat.
Ketua pemuda Desa Teluk Rhu, Syamsudin mengawali acara tersebut dengan syair pekasih; syair khas Pulau Rupat.. Dilanjutkan dengan lagu zapin dan lawak oleh Sanggar Petak Semai. Sementara, grup musikalisasi puisi Gendul membawakan beberapa buah lagu. Semakin seru dengan penampilan teatrikal puisi oleh Rumah Sunting dengan judul Raung Cipang dan lagu rindu oleh Komunitas Umah Pumpun.
Sekretaris Camat Kecamatan Rupat Utara, Khairu Nazri, datang menyampaikan sambutan dan juga membacakan puisi. Sekcam datang mewakili camat, Agus Sofyan, yang berhalangan hadir. Pihak kecamatan dan desa terlibat secara langsung seperti menyediakan penginapan, konsumsi selama di Teluk Rhu, dan keperluan panggung seperti sound dan lighting.
"Bersyukur sekali karena malam ini (Sabtu malam, red) bisa hadir di antara penyair dan turut membacakan puisi. Atas segala sambutan yang tidak mengena, kami mohon maaf. Jangan bosan datang lagi ke Pulau Rupat ini,’’ kata Sekcam.
Sementara itu, Kunni pula menyampaikan ungkapan rasa terimakasih atas segala dukungan yang diberikan masyarakat dan pemerintah setempat. ’’Kenduri XI memang tak banyak penyair atau seniman yang datang. Mungkin karena jauh dan memerlukan waktu cukup lama. Tapi tidak masalah. Justru masyarakat yang kita perbanyak selama acara dari Sabtu hingga Minggu,’’ kata Kunni.(fas/rls)