Bahkan, lanjut Zuarman, almarhum oleh beberapa kawan seniman disebut sebagai Kamus Sastra Riau. Artinya, pengetahuan terhadap sastra dunia, dikuasai oleh almarhum.
Sementara itu, Dr Junaidi mengatakan para generasi hari ini harus membaca karya-karya Hasan Junus. Karena karya almarhum berisikan tentang pemikiran-pemikiran yang sangat mendalam dalam bidang sastra. Dan itu menunjukkan bahwa Almarhum Hasan Junus merupakan seorang pembaca yang baik. “Saya kira, meski secara personil tidak begitu kenal dekat akan tetapi melalui pembacaan atas karyanya, saya menjadi tahu dan lebih kenal akan sosok Hasan Junus. Bahkan, karya-karya tulisnya banyak membantu saya dalam menyelesaikan studi S2 saya,” ujarnya.
Berbagai hal lainnya juga menjadi pembicaraan yang menarik di Malam Madah Poedjangga tadi malam. Tentu saja terkait dengan pengalaman kreatif Zuarman bersama Hasan Junus dan juga hal-hal penting lainnya yang seharusna menjadi perhatian generasi hari ini. Terutama bagaimana seharusnya menjadi pembaca yang baik seperti almarhum.
Tampil sebagai bintang tamu malam itu, SMA Cendana membawakan musikalisasi puisi. Tidak hanya siswa, para guru-gurunya pun turut serta meramaikan Malam Madah Poedjangga. Diselingi juga dengan pembacaan puisi dari komunitas-komunitas, mahasiswa-mahasiswi yang ada di Riau. Seperti, komunitas Bumi, Forum Lingkar Pena, Teater Matan, Sanggar Songket UIN dan lain-lain. Dari apa yang disajikan serta yang didiskusikan malam tadi, menunjukkan bahwa helat Malam Madah Poedjangga menjadi salah satu wadah untuk tetap menggairahkan dunia perpuisian di Riau. (jef)