“Kepiawaian beliau inilah yang menarik minat para intitusi, untuk menggelar seminar, simposium sampai ke senatero dunia. Kita sangat berterima kasih kepada sosok tokoh yang sebenarnya telah menjadi salah satu ikon Kemelayuan di Riau ini telah menyumbangkan warisan yang berharga dan kaya dengan tunjuk ajar akhlak manusia. Sepeninggal almarhum, hari ini kita masih menerima naeshat dan petuah yang terhimpun dalam buku-bukunya. Kita berharap, akan ada pengganti beliau di masa kini dan masa yang akan datang,” ujar Fairuzel Gazali.
Usai acara peresmian mengenang Tenas Effendy itu dilanjutkan kemudian peresmian bilik Tenas Effendy. Dalam peresmian itu sejumlah tokoh adat serta sanak keluarga melakukan prosesi tepuk tepung tawar. Di bilik Melayu Tenas Effendy itu sendiri baru terdapat 61 judul buku karya lamarhum, semantara yang lainnya menyusul dari kawan-kawan luar negeri. Selain itu, tepat di pintu masuk terdapat mesin ketik milik almahum Tenas Effendy. Mesin ketik itu terlihat masih utuh dan bersih. Terpajang juga dua buah lukisan karya lamarhum yang dihasilkan tahun 1960 dan 1962. Di antara itu terdapat pula pakaian toga almarhum, naskah nyanyi panjang sastra lisan orang Petalangan beserta foto pernikahan dengan istri tercinta, Tengku Zahara Binti T Long Mahmud.
Rangkaian acara lainnya akan dilaksanakan sepanjang bulan Febuari hingga sampai awal Maret mendatang. Diantaranya, seri kuliah atau syarahan Umum oleh Dr H Ahmad Dahlan, H Taufik Ikram Jamil, Encik Mohd Raman Daud (Singapura), Drh H Chaidir, Prof Emeritus Dr H Muchtar Ahmad, Msc. Dilanjutkan dengan videografi Tenas Effendy (kesaksian OK Nizami Jamil, dialog lintas budaya, dialog televisi, seminar, kolokium bahasa maupun pemikiran Tenas Effendy, pentas Seni budaya (drama klasik) karya alamrhum berjudul Hang Jebat Mendurhaka di Anjung Seni Idrus Tintin (27/2), Majelis Adat mengenang Tenas Effendy, majelis kenduri arwah dan baca tunjuk ajar Melayu belia lintas etnik.(jefrizal)