BANGKINANG (RIAUPOS.CO) -- Ambisi membangkitkan industri berbasis pertanian terus menghadapi kendala. Setelah Kawasan Industri Kampar (KIK) yang hingga kini belum jelas rimbanya, ternyata fasilitas Intregrated Cold Storage (ICS) yang sudah selesai ternyata masih menganggur. Hingga kini, belum ada operator yang tertarik mengoperasikan pabrik pengolahan ikan patin tersebut.
Plh Bupati Kampar Yusri kepada Riau Pos menjelaskan, imbal balik yang ditetapkan Kampar saat ini dinilai investor masih terlalu tinggi. Hal ini menurutnya yang menjadi kendala yang menyebabkan hingga ini ICS belum beroperasi. Padahal menurut Yusri, produksi ikan air tawar Kampar terutama ikan patin, melimpah.
‘’Kita ingin operator memberikan sumbangsih. Sementara yang kita tetapkan dinilai masih terlalu tinggi. Jadi ini, kita laporkan lagi ke kementerian terkait harganya. Karena ini kan dibangun pakai APBN, kalau kita yang bangun bisa saja. Tapi karena APBN kita laporkan lagi, bahwa bagi calon operator, harga yang ditetap masih terlalu tinggi,’’ sebut Yusri.
ICS sendiri sudah selesai dibangun sesuai standar pada akhir tahun lalu, bahkan sudah diserahterimakan kepada Pemkab Kampar. Biaya yang habis tersedot untuk membangun fasilitas terebut mencapai Rp17,7 miliar untuk pembangunan fisik saja. Sumbernya dari APBN 2018, dengan sasaran pengerjaan Gudang Beku Terintegrasi untuk kapasitas 100 ton.
Pembangunan ICS selesai sesuai jadwal dan diserahterimakan kepada Pemkab Kampar pada 27 Desember 2018. ICS diperkirakan mampu memproses hingga 100 ton ikan patin segar perhari. Selain itu, ICS ini akan meyedot setidaknya 150 tenaga lokal. Namun, setelah lebih dari setengah tahun, ICS ternyata belum juga beroperasi.(end)