PEKANBARU dan SIAK SRI INDRAPURA (RIAUPOS.CO) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) mencatat, sejak Januari hingga Juli 2023 luas kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang terjadi di Riau mencapai 819,96 hektare (ha). Kepala Pelaksana Badan Penanggulan Bencana Daerah (BPBD) Riau M Edy Afrizal mengatakan, saat ini karhutla sudah terjadi di 12 kabupaten/kota di Riau. Padahal, sebelumnya Kabupaten Kuantan Singingi nihil karhutla.
“Untuk Kabupaten Rokan Hulu karhutla terjadi seluas 24,40 hektare, Rokan Hilir 135,50 hektare, Dumai 100,57 hektare, Bengkalis 338,48 hektare, Kepulauan Meranti 12,75 hektare, Siak 23,41 hektare, Pekanbaru 19,70 hektare, Kampar 53,27 hektare, Pelalawan 37,18 hektare, Inhu 25,20 hektare, Inhil 47,50 hektare, dan Kuansing seluas 2 hektare,” katanya, Selasa (25/7).
Lebih lanjut dikatakannya, untuk saat ini tim gabungan masih melakukan pemadaman karhutla di Kabupaten Rokan Hulu, Rokan Hilir, Kampar, Siak, dan Bengkalis. Selain dilakukan oleh tim darat, pemadaman karhutla juga dilakukan oleh satgas udara menggunakan helikopter. “Untuk di Rokan Hilir, water bombing dilakukan di daerah Rantau Kopar,” sebutnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Kedaruratan BPBD Riau Jim Gafur mengatakan, terkait prediksi puncak El Nino, Pemprov Riau dan instansi terkait sudah melakukan pencegahan sejak awal. Mulai dari menetapkan Status Siaga Darurat Karhutla, menyiapkan personel, dan peralatan termasuk helikopter water bombing.
“Untuk mengantisipasi El Nino yang dapat menyebabkan karhutla, kami sudah menyiapkan antisipasi. Helikopter water bombing juga sudah disiapkan di Riau untuk memadamkan karhutla dari udara,” ujarnya.
Untuk di Riau saat ini, karhutla masih dapat dikendalikan karena curah hujan juga masih ada. Kemudian jika terjadi Karhutla juga cepat dipadamkan sehingga tidak meluas. “Pekan ini ada karhutla di Kampar, tapi bisa langsung dipadamkan. Kemudian ada juga di Rokan Hilir, di lokasi ini pemadaman masih berlangsung baik melalui darat dan udara,” sebutnya.
Lahan Gambut di Benteng Hilir Siak Terbakar
Di sisi lain, sekitar 2 hektare lahan gambut di Kampung Benteng Hilir, Kecamatan Mempura, Kabupaten Siak terbakar. Peristiwa kebakaran lahan tersebut baru diketahui Tim Manggala Agni Daops Siak, Senin (24/7) siang.
Kepala Manggala Agni Daops Siak Ihsan Abdillah mengatakan, pihaknya bersama TNI, Polri dan masyarakat sudah turun memadamkan api. “Kami mendapat informasi dari masyarakat, lalu tim langsung gerak menuju lokasi untuk melakukan pemadaman,” kata Ihsan Abdillah, Selasa (25/7).
Manggala Agni, disebutkan Ihsan, menerjunkan 10 personel untuk melokalisir api agar tidak menjalar ke lahan lainnya. Ditambahkan Ihsan, pihaknya belum mengetahui penyebab terjadinya kebakaran di lahan milik masyarakat tersebut. Namun, lahan tersebut sudah tiga kali terbakar.
“Penyebabnya masih dalam penyelidikan kepolisian,” terang Ihsan.
Tapi pihaknya bersama tim lainnya sudah tiga kali melakukan pemadaman di lokasi yang sama. Terakhir melakukan pemadaman di lahan itu pada 25 Juni 2023 lalu. Saat ini Manggala Agni Daops Siak sedang melakukan pendinginan atas lahan itu. Dia berharap semua pihak bersatu dan bersama mencegah.
Ihsan tak henti-hentinya mengimbau warga untuk tidak membuka lahan atau membersihkan kebun dengan cara membakar. Sebab mencegah jauh lebih mudah dan murah dari pada mengatasi.
Sementara itu, di ujung Juli 2023, sejumlah wilayah di Provinsi Riau mulai mengalami perubahan cuaca dari sebelumnya yang kerap hujan, kini mulai memasuki panas terik yang cukup ekstrem, Selasa (25/7). Kondisi ini disebabkan oleh fenomena alam El Nino yang juga sudah memasuki kategori lemah hingga sedang di Riau.
Menurut Kepala Stasiun Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) II Pekanbaru, Ramlan SS Msi, sejak Juni hingga Juli 2023 ini hampir seluruh wilayah di Provinsi Riau sudah memasuki musim kemarau. Kondisi ini masih memprediksi akibat adanya potensi El Nino yang akan membuat kawasan di Riau mengalami panas terik hingga suhu ekstrem.
Fenomena alam El Nino merupakan suatu fenomena di mana suhu permukaan laut (SST) di Samudera Pasifik mengalami peningkatan di atas kondisi normal. Terjadinya peningkatan suhu menyebabkan pertumbuhan awan lebih tinggi di wilayah Samudera Pasifik tengah dan mengurangi jumlah curah hujan di Indonesia sehingga El Nino menyebabkan Indonesia dilanda kekeringan.
El Nino terjadi ketika suhu permukaan laut di Samudera Pasifik mengalami peningkatan suhu di atas kondisi normalnya. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya El Nino seperti pemanasan awan di mana akan terjadi peningkatan suhu SST dapat menyebabkan pertumbuhan awan yang lebih tinggi di Samudera Pasifik.
Hal ini mengganggu sistem atmosfer global dan mengubah pola aliran angin, yang kemudian berdampak pada iklim global. Lalu arus samudera di Samudera Pasifik mengalami perubahan selama El Nino karena adanya peningkatan suhu SST menyebabkan penurunan tekanan atmosfer, yang akhirnya mempengaruhi arus samudera dan memicu El Nino.
Bahkan di, kondisi El Nino saat ini sudah memasuki kategori El Nino lemah menuju El Nino sedang. Masyarakat harus waspada terhadap potensi kebakaran hutan dan lahan yang dapat terjadi karena suhu panas yang melanda hampir seluruh wilayah di Riau. “Kondisi inilah yang membuat suhu udara bisa mencapai 35 derajat celcius,” sebutnya.
Sementara itu, untuk kelembaban udara diprediksi mulai dari 50 sampai 90 persen dengan arah angin Selatan ke Barat dengan kecepatan bisa 36 km per jam. Prakiraan tinggi gelombang di perairan Provinsi Riau berkisar antara 0,5 sampai 1,25 meter (rendah).
Bahkan cuaca panas terik ini juga diprediksi akan menambah titik panas yang terjadi di. Berdasarkan data yang dimiliki BMKG Pekanbaru, titik panas di Pulau Sumatera mencapai 88 titik dengan 34 titik di antaranya berada di wilayah Riau, 16 di Bangka Belitung,11 Sumatera Barat, 10 Sumatera Utara, 5 Lampung, 3 Kepulauan Riau dan 2 di Sumatera Selatan.
“34 titik panas di Riau tersebar di Kabupaten Rokan Hulu ada 2 titik, Kabupaten Rokan Hilir ada 11 titik, Kabupaten Pelalawan ada 8 titik, Kabupaten Bengkalis ada 2 titik, Kabupaten Siak ada 7 titik, Kabupaten Kepulauan Meranti ada 2 titik, dan Kabupaten Indragiri Hilir ada 2 titik,” paparnya.(sol/mng/ayi/das)
Laporan TIM RIAU POS, Pekanbaru dan Siak Sri Indrapura