TELUKKUANTAN (RIAUPOS.CO)-----Hasil ujian nasional (UN) tingkat SMP/MTs tahun ajaran 2017/2018 sudah diketahui. Hasilnya mengecewakan. Pasalnya, Kabupaten Kuantan Singingi kembali menempati posisi buncit. Peringkat 12, atau terendah di Provinsi Riau, dan sama dengan tahun 2017 lalu.
Memasuki dua tahun kepemimpinan Mursini-Halim, prestasi pendidikan Kuansing terus jeblok. Meskipun kepala sekolah untuk tingkat SMP sudah dilakukan penyegaran. Capaian hasil UN tingkat SMP ini tentunya menjadi catatan buruk dalam sejarah pendidikan di Negeri Jalur ini.
Tentu, hasil UN ini jadi pukulan telak pula bagi para pemangku kepentingan (stakeholder) pendidikan di Kuansing. Dua kali berada di posisi paling belakang berturut-turut merupakan tamparan keras bagi dunia pendidikan Kuansing. Pasalnya, daerah ini dikenal sebagai gudang SDM (sumber daya manusia) selama ini di Riau.
Sesuai data dari Dinas Pendidikan Provinsi Riau, peringkat pertama ditempati Pekanbaru. Disusul Indragiri Hilir, Bengkalis, Dumai, Kepulauan Meranti, Rokan Hilir, Rokan Hulu, Kampar, Indragiri Hulu, Siak dan terakhir Kuantan Singingi. Ya, untuk tingkat kabupaten/kota, rata-rata nilai UN SMP/MTs tertinggi masih ditempati Pekanbaru dengan total nilai 217,27 untuk empat mata pelajaran. Sementara rata-rata terendah adalah Kabupaten Kuansing dengan total nilai 163,65.
Ketua Komisi A DPRD Kuansing, Musliadi SAg prihatin dengan hasil UN SMP/MTs ini. Apalagi sejak dua tahun terakhir ini, Kuansing selalu menempati peringkat terakhir. Ia menilai, ini menjadi pukulan telak bagi pimpinan di daerah ini. Sebagai daerah lumbung intelektual, diakuinya, hasil ini memalukan.
‘’Perhatian kita terhadap pendidikan selalu berlebih. Kita mengalokasikan anggaran yang memadai untuk pendidikan. Tapi kenapa hasilnya seperti ini. Memalukan. Ini mengecewakan sekali,” ujar Musliadi yang dihubungi Riau Pos, Jumat (25/5).
Hasil UN tahun lalu, diharapkan Musliadi, hendaknya menjadi momen evaluasi menyeluruh bagi stakeholder pendidikan. Upaya itu, diakuinya telah dilakukan, namun hasil yang sama kembali diraih Kabupaten Kuansing.
“Seluruhnya harus dievaluasi. Termasuk bupati juga harus dievaluasi. Mana komitmennya untuk memajukan dunia pendidikan di Kuansing. Tak ada. Sudah hampir dua tahun pemerintahan ini berjalan, malah jadi mundur. Sehingga membuat daerah ini terpuruk,” kata Musliadi kesal.
Dan Musliadi menilai, jebloknya nilai rata-rata UN SMP/MTs di Kuansing dikarenakan tidak kondusifnya situasi dunia pendidikan di Kuansing. “Pendidikan kita jangan dipolitisasi. Jangan tonjolkan perbedaan-perbedaan politik. Pilkada sudah lama berlalu. Sekarang itu yang terjadi. Mana yang tak jelas keberpihakannya terhadap penguasa, jadi korban,” ungkap Musliadi.
Menanggapi hasil UN SMP/MTs itu, Bupati Kuansing Drs Mursini mengaku kaget mendengar bahwa nilai rata-rata UN SMP/MTs di Kuansing kembali di peringkat paling bawah.
“Kita paling bawah lagi ya. Ke depan kita akan evaluasi total,” katanya yang dikonfirmasi wartawan terkait hasil UN itu, Jumat (25/5).
Evaluasi total tersebut kata bupati, tidak hanya di dinas terkait dalam hal ini Dinas Pendidikan, namun juga kepala sekolah dan guru. “Kita lihat nilainya dulu dan bandingkan dengan tahun lalu. Kalau nilainya naik, berarti rata-rata kabupaten lain juga naik. Kalau mau meningkat, maka kita jangan jalan kaki, harus berlari,” katanya.
Orang nomor satu di Kuansing ini menduga mungkin masih terpuruknya rata-rata nilai UN SMP/MTs di Kuansing disebabkan mutasi kepala sekolah (kasek) yang dilakukannya jelang UN. “Mutasi kepala sekolah yang baru itu kan dekat dengan ujian. Sehingga mereka belum sempat bekerja maksimal untuk mendongkrak nilai UNBK,” ungkapnya.
Sementara, Sekretaris Dinas Pendidikan Kuansing Dr Yusri Rasul membenarkan, bahwa nilai rata-rata UN SMP/MTs Kuansing berada di peringkat paling bawah. (izl)
“Betul, nilai rata-rata Kuansing paling rendah. Namun, jika dilihat keseluruhan rata-rata tiap kabupaten tidak terlalu banyak selisihnya. Hal ini menandakan ada persaingan cukup ketat,” katanya.
Yusri melihat, nilai rata-rata UN SMP/MTs di Kuansing di urutan paling terakhir di Riau. Maka ke depan, pihaknya di Dinas Pendidikan akan melakukan evaluasi secara menyeluruh. Mulai dengan peningkatan kompetensi guru dan metode pembelajaran.
“Sebenarnya kita sudah berusaha maksimal dari awal, seperti peningkatan kompetensi guru serta try out, namun ternyata hasilnya kurang memuaskan,” kata Yusri kepada wartawan, dihubungi terpisah.(izl)