PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau menetapkan siaga pencemaran udara di Bumi Lancang Kuning. Hal ini, seiring kualitas udara akibat kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) berada pada kategori level berbahaya dalam beberapa hari terakhir.
“Hari ini, kita tetapkan status darurat pencemaran udara untuk seluruh wilayah Riau, “ ungkap Gubernur Riau, Syamsuar, Senin (23/9) pagi.
Status ini, diikatakan mantan Bupati Siak dua periode tersebut, akan berlangsung sampai tanggal 30 September mendatang. Namun, disampaikan dia, tidak menutup kemungkinan bakal diperpanjang tergantung kondisi udara.
“Statusnya sampai 30 September, ini bisa diperpanjang tergantung kondisi udara. Kita juga akan berkoordinasi dengan BMKG,” singkatnya.
Sebelumnya, Kualitas udara Kota Pekanbaru makin parah, Ahad (22/9/2019). Bahkan malam ini, konsentrasi partikulat PM 10 melewati angka 600. Untuk diketahui, angka 350-600 sudah masuk kategori bahaya.
Pantauaan di situs www.bmkg.go.id, pantauan PM 10 melewati angka 600 terjadi sekitar pukul 19.00 WIB. Sementara dari dinihari hingga sore, PM 10 berkutat di angka 300-500, masih kategori berbahaya.
Konsentrasi PM 10 ini merupakan paling tinggi sejak Pekanbaru dilanda kabut asap sekitar sebulan terakhir. Bahkan kondisi ini diprediksi akan berlanjut. Karena kebakaran hutan dan lahan di Jambi semakin parah. Jumlah titik panas (hot spot) meningkat tajam bahkan sampai dua kali lipat, dari 499 menjadi 799. Produksi asap di provinsi tetangga ini tampaknya bakal parah udara Provinsi Riau.
Kabut asap diprediksi sedang menuju Riau. Hal ini karena dibawa angin dari Tenggara-Selatan, atau dari arah Australia, menuju Baratlaut-Utara. Demikian diungkapkan Kepala BMKG Pekanbaru Sukisno kepada wartawan, Ahad (22/9/2019) di Pekanbaru.
"Kami sedang memantau pergerakan tersebut. Kabut asap yang dibawa dari karhutla Jambi dan Sumatera Selatan akan bertumpuk di Riau, karena terjadi perlambatan pergerakan angin akibat pembelokan. Sehingga asap Jambi, Sumsel dan Riau sendiri berkumpul di Riau," terangnya.
Soal kapan terjadi perubahan pergerakan angin yang membawa kabut asap meninggalkan Riau, Sukisno mengatakan, sekitar akhir September atau awal Oktober 2019.
"Akan terjadi perubahan pergerakan pada waktu-waktu itu. Dan biasanya akan diikuti oleh musim hujan. Kita doakan saja semoga kondisi daerah Riau dan negara kita cepat pulih kembali," kata Sukisno lagi.
Laporan: Riri Radam
Editor: wws