DUKA MENDALAM ANAK ANGKAT RESNA NAINGGOLAN

Sang Oknum Polisi Kasar, Tembak Kepala dan Perut Istrinya

Riau | Kamis, 22 Oktober 2015 - 00:06 WIB

Sang Oknum Polisi Kasar, Tembak Kepala dan Perut Istrinya
Kondisi korban Reni Nainggolan yang tewas tergeletak di halaman rumah karena ditembak suaminya Bripka ST Simanjuntak, Senin (19/10/2015). (RIAU POS)

SIMALUNGUN (RIAUPOS.CO) – Jenazah Resna Nainggolan yang tewas akibat ditembak suaminya Bripka ST Simanjuntak Senin (19/10/2015) lalu sudah tiba di kampung halamannya di Huta Ginjang Nagori Jawa Tonga 2, Kecamatan Hatonduhan Kabupaten Simalungun Sumatera  Utara.

Kasus penembakan ini berawal saat Bripka ST Simanjuntak baru pulang dari tugas mengamankan bank. Sekira pukul 11.00 WIB, dia sampai di rumahnya di daerah Kepenuhan, Kabupaten Rokan Hulu. Saat sampai di rumah, belum diketahui apa pemicunya, Resna terlibat cekcok mulut dengan Bripka ST Simanjuntak.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Tidak lama setelah perkelahian mulut, terdengar suara tembakan. Ternyata ST Simanjuntak menembak istrinya berkali-kali. Warga sekitar langsung mendekat. Pelaku yang melihat banyak warga berdatangan langsung melarikan diri. Warga berusaha menyelamatkan korban, namun sayang korban sudah meninggal di tempat.

Di kampung, salah satu yang sangat bersedih atas kejadian ini adalah Elin Suryani br Tampubolon (18). Tetesan air matanya yang begitu deras menyiratkan betapa kehilangannya dia atas kepergian Resna untuk selamanya, wanita yang telah membesarkannya hingga dia kini tumbuh dewasa. Impiannya untuk membahagiakan ibu angkatnya itupun kandas sudah. Resna tewas dengan luka tembakan sebanyak lima kali di bagian kepala, pinggang dan perut, oleh bapak angkatnya. Tragis....

Ditemui di rumah duka, Elin serta puluhan warga tampak larut dalam kesedihan saat menunggu kedatangan jenazah Resna. Elin yang ditemui Metro Siantar (Riau Pos Group) kemudian menceritakan seperti apa kehidupan orangtua angkatnya itu selama ini.

Elin mengatakan, dia merupakan anak angkat korban di keluarga itu. Sejak usia satu tahun, dia diambil pasangan suami istri (pasutri) itu untuk menjadi anak angkat. Kebetulan, Bripka ST Simanjuntak dengan Resna tidak dikarunia anak. Sampai usia 16 tahun, saat duduk di kursi kelas 1 SMA, Elin memilih tinggal bersama mak tua (kakak Resna) di kampung itu.

Elin mengaku, dia tinggal di kampung karena ingin bersekolah di Simalungun dan sekarang dia sudah kelas 3 di SMAN 1 Tanah Jawa. Kata Elin, selama ikut bapak dan ibu angkatnya di Rokan Hulu (Rohul), bapak angkatnya memiliki sifat yang temperamental.

Ketika sedang emosi, bapaknya tak jarang ‘main tangan’ kepada ibunya. Tak tahan melihat sikap bapaknya yang demikian, Elin memutuskan tinggal bersama mak tuanya di kampung. "Memang selama aku ikut sama emak di Rohul. Bapak sering pukul emak kalau sedang marah," jelasnya.









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook