RIAUPOS.CO - Awal Ramadan 1444 Hijriyah dimulai Kamis (23/3) besok. Ini berdasarkan pada perhitungan metode hisab. Kepastiannya tinggal menunggu hasil sidang isbat yang digelar Kemenag Rabu (22/3) malam ini. Sidang isbat bakal menunggu laporan rukyat atau pemantauan hilal di 124 titik di penjuru Indonesia, termasuk di Pantai Raja Kecik, Desa Muntai, Kabupaten Bengkalis, Riau.
Persiapan penyelenggaraan sidang isbat disampaikan Dirjen Bimas Islam Kemenag Kamaruddin Amin di Jakarta, Selasa (21/3). Dia mengatakan, seiring dengan dicabutnya pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM), rangkaian sidang isbat digelar secara offline di Kantor Kemenag Jalan Thamrin, Jakarta Pusat. Kamaruddin menuturkan sidang isbat digelar untuk memadukan dua metode yang digunakan masyarakat. Yaitu metode hisab atau perhitungan astronomi dan metode melihat hilal atau rukyatulhilal. Metode hisab, di antaranya digunakan Muhammadiyah, sudah memutuskan bahwa 1 Ramadan atau awal puasa jatuh pada Kamis 23 Maret.
’’Secara hisab, posisi hilal di Indonesia saat sidang isbat awal Ramadan 1444 H sudah memenuhi kriteria baru yang ditetapkan MABIMS (Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura),’’ katanya. Dia menambahkan secara hisab pula, dinyatakan bahwa ijtimak menjelang Ramadan jatuh pada 22 Maret sekitar pukul 00.23 WIB.
Dia menyampaikan pada saat pelaksanaan rukyat sore nanti, posisi hilal di seluruh wilayah Indonesia sudah di atas ufuk. Yaitu berada di ketinggian 6 derajat hingga 8 derajat. Dengan ketinggian tersebut, hilal sangat memungkinkan untuk dirukyat atau diamati.
’’Artinya, secara hisab pada hari tersebut (22/3) posisi hilal awal Ramadan di Indonesia telah masuk dalam kriteria baru MABIMS,’’ jelasnya. Kriteria baru MABIMS itu di antaranya ketinggian hilal minimal 3 derajat dengan sudut elongasi 6,4 derajat.
Meskipun secara hisab awal Ramadan jatuh pada 23 Maret, Kamaruddin mengatakan masyarakat tetap perlu menunggu hasil rukyatulhilal. Metode rukyatulhilal di antaranya digunakan oleh Nahdlatul Ulama (NU). Kemenag sudah menetapkan 124 titik lokasi rukyatulhilal. Kegiatan rukyatulhilal dilaksanakan oleh Kanwil Kemenag dan Kantor Kemenag kabupaten/kota. Kemudian juga melibatkan Peradilan Agama setempat dan ormas Islam. ’’Hasil rukyatulhilal yang dilakukan itu akan dilaporkan sebagai bahan pertimbangan sidang isbat awal Ramadan,’’ katanya.
Sidang isbat dipimpin langsung oleh Menag Yaqut Cholil Qoumas. Diawali dengan pemaparan posisi hilal berdasarkan metode hisab. Pelaksanaan sidang isbat digelar secara tertutup. Kemudian hasilnya disampaikan ke publik, sekitar selepas Salat Maghrib.
Di Riau, Kemenag Riau menetapkan lokasi pemantauan hilal di Tepian Pantai Raja Kecik, Desa Muntai, Kabupaten Bengkalis. Pelaksana Hisab Rukyat Kantor Wilayah (Kanwil) Kemenag Riau, Khairunnas SHI MPd mengatakan Tepian Pantai Raja Kecik memang yang paling potensial untuk memantau hilal Ramadan.
‘’ Di situ ada pantai yang bisa melihat langsung ke arah matahari tenggelam. Sehingga diharapkan lokasi tersebut memang lokasi yang strategis dan mudah-mudahan bisa terlihat hilalnya. Pemandangan di tepi pantai bisa lebih jauh memandang matahari tenggelam dan pada saat itu akan terlihat hilal tersebut,” katanya.
Lebih lanjut Khairunnas mengatakan beberapa tahun sebelumnya juga pernah dilaksanakan di salah satu gedung yang ada di Pekanbaru. “Sebetulnya untuk hilal itu memang melihat bulan. Anak bulan itu muncul atau tidak, tempat yang strategis itu memang paling ideal ya di tepi pantai,” ujarnya. “Sedangkan jika di kota misalnya di hotel, itu kan tidak terlalu strategis. Pasalnya, kadang-kadang kita di ujung sana di matahari tenggelam itu, ada bangunan ada pohon-pohonan, ada gunung atau bukit. Itu kan tidak bisa melihat ufuk secara jelas,” tambahnya.
Dia menyebutkan, pemantauan hilal tersebut juga akan dilengkapi dengan tim Kemenag Riau dan dihadiri langsung Kanwil Kemenag Riau dan kepala bidang. “Pak Mahyudin dijadwalkan memang akan hadir di lokasi pemantauan hilal di tepi pantai tersebut dan didampingi beberapa tim dari Kemenag Riau,” tuturnya.(wan/das)
Laporan JPG dan JOKO SUSILO, Jakarta dan Pekanbaru