RIAUPOS.CO - Kata Globalisasi sudah lama dan sangat familiar dengan kaum terpelajar di Republik ini, tetapi apa yang akan terjadi sebagai dampak dan konsekwensinya belumlah banyak yang paham secara mendalam, terutama dampak ataupun ancaman yang bukan militer, namun secara ekonomi, sosial budaya serta hukum yang terkait dengan perdagangan, investasi dan pergerakan orang sebagai akibat kemajuan iptek bidang transportasi, informasi dan komunikasi membuat negara negara tanpa batas (borderless) dan tidak dapat dibendung secara total, karena pengaruhnya tidak hanya nampak secara fisik dan nyata, tetapi dapat berupa non fisik dan abstrak merubah persepsi, opini, tatanilai, motivasi, cara pandang, pola pikir, sikap dan prilaku, sikap mental, karakter, budaya, mental ideologi, patriotisme, dan rasa nasionalisme rakyat suatu bangsa.
Untuk memudahkan pemahaman orang awam saya berikan contoh nyata Globalisasi; sebagai berikut:
“Lady Diana seorang menantu bangsawan Ratu berkebangsaan Inggeris yang beragama Katolik, berpacaran dengan Dody Al Fayed, seorang anak pengusaha Mesir kaya mempunyai banyak Mega Mall di Inggeris yang beragama Islam, mereka menginap di hotel tersohor di Paris Francis, dikejar oleh juru foto Paparazi asal Italia, menaiki mobil Mercedes buatan Finlandia yang mesin buatan Roll Roys Belgia, navigasi elektronik buatan Jepang, (mungkin jok mobil terbuat dari serat sabut kelapa dari Indragiri Hilir) melaju kencang dikendarai oleh supir berkebangsaan Alljazair yang mabuk minum anggur Irlandia, dimana rambut Lady Diana telah jadi mode oleh seluruh gadis gadis melalui salon di desa, menyebabkan upacara pemakaman Lady Diana dipancarkan oleh stasiun televisi ke seluruh dunia, disaksikan dan ditonton oleh ratusan juta mata kita sampai di kampung kampung dan dusun dusun nun jauh di pelosok Riau .”
Itulah Globalisasi. Setidak tidaknya orang mendengar true Story itu. Dengan informasi seperti itu apa yang salah dan apa yang dikawatirkan?
Proses Globalisasi menuntut setiap negara mengubah haluannya agar sesuai dengan berlakunya pasar bebas, sehingga globalisasi ini telah menjadi ancaman serius bagi negara yang sedang berkembang seperti halnya Indonesia, dalam bentuk ancaman transnasional. Spectrum ancaman transnasional tersebut bukan merupakan ancaman militer, tetapi merupakan ancaman nir militer yanga jauh lebih berbahaya dari ancaman militer itu sendiri.