PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Nama Abdul Gafar Usman kembali menjadi salah satu kandidat kuat calon anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI. Kendati diunggulkan dalam pemilihan umum 2019 itu, Gafar Usman tak jemawa atau besar kepala.
“Semua itu saya jadikan renungan dan tantangan agar ke depan dapat lebih baik,” ujar Abdul Gafar, Sabtu (13/10).
Hasil survei Etos Institute menunjukkan, ada 10 nama dari 132 anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) yang layak dipilih kembali dalam pemilu 2019. Nama Abdul Gafar masuk urutan ketiga dari sepuluh nama anggota DPD petahana yang diunggulkan bakal terpilih kembali. Di atasnya ada nama Ahmad Muqowam, senator asal Jawa Tengah dengan 13 persen. Selanjutnya Nono Sampono dari dapil Maluku dipilih sebanyak 12 persen, dan Abdul Gafar Usman dari dapil Riau 12 persen.
Dikatakan Gafar, hasil survei itu menjadi renungan baginya untuk dapat mengevaluasi diri, sejauh mana dirinya benar-benar bisa menjadi perwakilan masyarakat Riau di pusat. Dia akan terus mengevaluasi diri dan meminta masukan kepada rakyat dan konstituen agar bisa lebih baik lagi ke depan.
Tapi, di sisi lain, ini juga jadi tantangan baginya untuk bisa berusaha terus berjuang bagi rakyat Riau.
Dia meyakini, tantangan menjadi anggota DPD RI dari Riau kali ini sesungguhnya cukup berat. Tapi dia sudah biasa menghadapi tantangan-tantangan. Kendati kali ini berat, dia mengaku siap menghadapi tantangan ini. Banyak nama-nama top dari Riau yang bersaing dalam pemilihan legislatif, termasuk DPD RI kali ini. Tapi itu merupakan tantangan yang menarik baginya.
“Saya harus siap menghadapi tantangan itu,” ujarnya.
Dari survei itu, nama Gafar Usman merupakan kandidat anggota DPD terkuat dari Riau. Tiga nama lainnya tak masuk dalam sepuluh besar hasil survei itu.
Selain tiga nama teratas hasil survei, yakni Muqowam, Nono Sampono dan Abdul Gafar Usman, ada nama Fahira Idris dari dapil DKI Jakarta dengan angka 11 persen. Selanjutnya, Aceng Hulik Munawar Fikri dari dapil Jawa Barat 11 persen, Arya Wedakarna dari dapil Bali 10 persen, Emilia Contessa dari dapil Jawa Timur 9 persen, Mohammad Saleh dari dapil Bengkulu 8 persen, Andi Surya dari dapil Lampung 7 persen, dan Mervin Sadipun Komben dari dapil Papua Barat 6 persen.
Dilihat dari hasil survei, Ketua DPD Oesman Sapta Odang (OSO) tidak masuk ke dalam 10 besar nama anggota DPD yang layak dipilih kembali. Hal itu terjadi karena jumlah responden yang memilih OSO tidak memenuhi untuk masuk dalam 10 besar.
Ada sejumlah alasan responden memilih anggota DPD yang masih menjabat dan layak dipilih kembali. Di antaranya 25 persen karena mampu bekerja, 21 persen karena aspiratif dan dekat dengan rakyat serta 17 persen berani menyatakan pendapat.
Alasan lainnya, 14 persen karena suka pada penampilan, 8 persen karena kerap muncul di media massa, 7 persen berpengalaman, dan 8 persen karena faktor lain.
Dalam temuan survei, bahwa responden memilih anggota DPD yang tidak mencalonkan diri di dapil responden bukan sebuah keharusan. Sebab, hasil survei digunakan untuk mengukur tingkat popularitas, akseptabilitas dan elektabilitas anggota DPD.
“Hasil ini berguna sebagai referensi bagi masyarakat pemilih di daerah pemilihan masing-masing anggota DPD yang dianggap layak dipilih kembali,” kata ujar Direktur Etos Institute Iskandarsyah di Cafe Up2You.
Survei ini dilakukan pada 15 Juli-10 Agustus 2018 dengan melibatkan 1.000 responden berusia 17 tahun atau lebih. Etos Institute menggunakan metode multistage random sampling dalam pemilihan sampel dan memperkirakan margin of error sebesar lebih kurang 3 persen, dengan tingkat kepercayaan 90 persen.(ifr)
(Laporan MUHAMMAD AMIN, Pekanbaru)