SELATPANJANG (RIAUPOS.CO) - Melepaskan burung pipit sudah menjadi tradisi bagi masyarakat Tionghoa saat Imlek. Namun hal itu bukanlah rangkaian sebuah ibadah. Apa saja harapan mereka dengan melepaskan burung pipit?
Seperti yang dilakukan oleh Fandy bersama istrinya, Nely dan dua anaknya Jaiman dan Jaklyn, Kamis petang (11/2) di depan Vihara Sejahtera Sakti, Jalan Ahmad Yani Selatpanjang. Puluhan burung yang baru dibelinya dari pedagang burung di depan vihara, mereka lepaskan ke alam bebas hingga beterbangan ke udara.
Mereka berharap dengan dilepaskannya burung pipit ini dapat membawa kehidupan yang lebih baik pada tahun Monyet Api ini nantinya. makanya pelepasan itu sebagai lambang kebebasan dan kehidupan baru.
“Ini bukan ritual. Tetapi melepaskan makhluk yang terkurung sehingga menjadi bebas dan memulai hidup baru yang lebih baik lagi. Itu juga yang kami harapkan nantinya di tahun Monyet Api ini kami juga sekeluarga mendapatkan kehidupan yang lebih baik juga,” terang Fandy saat melepaskan burung pipit bersama anak istri yang juga diikuti oleh kedua mertuanya Rolani dan Hermawan.
Warga Tionghoa yang tinggal dan menetap di Pekanbaru itu mengaku sudah lama tidak merayakan Imlek di Selatpanjang. Namun karena sang istri merupakan warga Selatpanajng, selain untuk bersilaturahmi dan mengunjungi orangtua, Imlek di Selatpanjang juga memiliki kesan tersendiri. “Oleh sebab itu setiap merayakan Imlek di Selatpanjang selalu memiliki kesan yang mendalam.