BANGKINANG (RIAUPOS.CO) -- PT Kawasan Kurma Riau belum bisa menjelaskan jaminan apabila terjadi wanprestasi investasi kurma yang menyerap miliaran uang masyarakat. Malah fakta baru dimunculkan.
Melalu Humasnya, Hidayat, KKR malah mengaku hanya menjadi perantara penjualan lahan kavling. Sementara kurma yang sempat dijanjikan kepada ratusan nasabah di Riau akan lebih menguntung dari tanaman sawit, disebut hanya bonus.
"Perusahaan hanya sebagai perantara penjual lahan kavling, bukan sebagai penjual kebun kurma. Adapun enam batang kurma yang ditanam
di tanah kavling itu, hanya bonus yang akan kita ikhtiarkan untuk berbuah. Kita tidak menjamin 100 persen bisa berbuah,"jelas Hidayat tanpa menjelaskan apa jaminan bila kurma ternyata tidak berbuah.
Hal ini berbanding terbalik saat pertama kali kemunculan lahan kurma di Kampar. Penjualannya meledak karena para investor alias nasabah dijanjikan keuntungan ketika kurma sudah berbuah. Memang di pasaran hingga kini, buah dari pohon kurma yang ditanam di kavlingan nasabah masih tinggi di pasaran. Namun tetap tidak ada jaminan bila kurma tidak berbuah atau tidak menguntung seperti promosi saat ditawarkan kepada calon nasabah.
Kavlingan yang dijual itu sendiri hanya berukuran 20x30 meter. Seperti yang kini sedang ditanam di Desa Ranah Sungkai, Kecamatan XIII Koto Kampar, setiap kavlingan hanya ditanam enam batang kurma. Kendati mengaku hanya jual kavlingan dan kurma sebagai bonus, namun tanaman kurma berada di bawah pengawasan dan perawatan PT KKR sendiri.
"Kavling yang berisi tanaman kurma ini dirawat oleh PT KKR hingga dilakukan levering kepada para nasabah," terang Hidayat lagi kepada awak media.
Sebelum berita diturunkan, Riau Pos mengirimkan wawancara tertulis berupa sejumlah pertanyaan terkait bisnis kurma ini. Namun tidak pernah dijawab sebagian atau keseluruhan oleh Humas perusahaan tersebut.
Permintaan Riau Pos untuk dipertemukan dengan Manajer Kebun maupun bagian Marketing juga tidak ada tanggapan. Padahal, puluhan nasabah sudah melakukan tuntutan ke perusahaan karena khawatir investasinya di "kavling" kurma berpotensi wanprestasi.
Wawancara tertulis itu sendiri buntut dari tuntutan beberapa nasabah yang ingin tahu kejelasan investasi mereka yang bernilai puluhan juta perkavling itu. Tuntutan nasabah tidak hanya soal potensi wanprestasi, tapi juga ketidakjelasan posisi lahan kurma yang mereka beli. Baik itu secara tunai maupun cicilan secara syariah kepada perusahaan.(end)