ROHUL (RIAUPOS.CO) - KOMITMEN pemerintah daerah dalam mengembangkan dan melestarikan tradisi, seni dan kebudayaan yang ada di Kabupaten Rokan Hulu (rohul) yang dijuluki Negeri Seribu Suluk, mendapat apresiasi dari Kemendikbud Republik Indonesia.
Dengan ditetapkannya tiga warisan budaya Kabupaten Rohul menjadi warisan budaya tak benda (WBTB) Indonesia tahun 2018. Penetapan tersebut atas penilaian dari Kemendikbud RI yang turun langsung di Rokan Hulu.
Sebagai bentuk kepedulian, komitmen dan kebijakan pemerintah daerah dalam memperhatikan, mengembangkan dan melestarikan seni dan budaya daerah, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Muhajir Effendy, menyerahkan sertifikat penetapan WBTB Indonesia tahun 2018 kepada Bupati Rohul H Sukiman, Rabu (10/10) di Gedung Kesenian Jakarta Pusat.
Penyerahan sertifikat penetapan WBTB Indonesia tahun 2018 untuk Provinsi Riau sebanyak 14 WBTB. Dari 14 karya budaya tersebut, Kabupaten Rohul ditetapkan 3 karya budaya dari 5 Kabupaten se-Provinsi Riau, yakni Silek Tigo Bulan, Ratik Bosa/Ratik Togak dan Lukah Gilo.
Bupati Rohul H Sukiman didampingi Kadis Pariwisata dan Kebudayaan Rohul Drs Yusmar MSi mengucapkan rasa syukur dan terimakasih kepada Mendikbud RI Muhajir Effendy yang telah melakukan penilaian langsung terhadap seni dan budaya daerah di Rokan Hulu. Dengan telah menetapkan tiga karya budaya sebagai WBTB Indonesia tahun 2018.
Dibuktikan, pada hari ini, (Rabu, red), Pemkab Rohul menerima sertifikat WBTB Indonesia tahun 2018 atas penetapan 3 karya WBTB Kabupaten Rohul itu, menjadi milik Kabupaten Rohul khususnya, Provinsi Riau umumnya, sekaligus memberikan eksistensi dan kebanggaan bagi daerah yang dijuluki Negeri Seribu Suluk.
‘’Sertifikat WBTB Indonesia tahun 2018 yang diterima Rohul sebagai bentuk pengakuan secara nasional dan hak paten, sekaligus menjadi kewajiban masyarakat Rohul untuk memelihara, melestarikan dan mengembangkan budaya ini sebagai bentuk nilai-nilai luhur dan karya seni budaya daerah dan Nasional kedepannya,’’ ungkap Bupati Rohul H Sukiman, Rabu (10/10).
Ditengah kesibukannya dalam mempersiapkan puncak acara Peringatan Hut ke 19 Kabupaten Rohul yang jatuh pada 12 Oktober mendatang, orang nomor satu Rohul itu mengaku harus membagi waktu, sehingga dirinya harus menghadiri undangan Mendikbud RI atas penerimaan sertifikat WBTB Indonesia tahun 2018, Rabu (10/10).
‘’Sebenarnya jika tidak memikirkan adat dan tradisi masyarakat Rohul, saya fokus untuk mempersiapkan puncak Hut ke 19 Rohul yang dilaksanakan 12 Oktober berupa apel bersama dan Rapat Paripurna Istimewa di DPRD. Karena sertifikat WBTB yang kita terima sangat penting, sebagai pengakuan pemerintah pusat terhadap karya seni dan Budaya Rohul, maka hari ini (Rabu, red) saya ke Jakarta untuk menerima sertifikat WBTB Indonesia,’’ tuturnya.
Disinggung masih banyaknya seni budaya dan tradisi masyarakat Rohul yang belum mendapatkan WBTB, Sukiman menyatakan, pemerintah daerah komit untuk terus berusaha maksimal mengusulkan 12 karya budaya Rohul lainnya untuk dapat diakui dan ditetapkan sebagai WBTB Indonesia tahun 2018.
Seperti sastra lisan Ondou, pengobatan tradisional Bonai Burung kwayang, Monimang Anak, Bondang Borogong dan tradisi adat serta perkawinan lainnya yang ada di berbagai suku bangsa yang ada di Rokan Hulu, untuk memperkaya hasanah kebudayaan yang ada.
Disamping telah sahkannya Perda Nomor 3 tahun 2018 tentang Julukan Rokan Hulu sebagai Jati Diri Daerah Negeri Seribu Suluk, Sukiman menyebutkan, dengan peentapan tiga karya Budaya Rohuol sebagai WBTB Indonesia tahun 2018, merupakan sejarah baru sekaligus momentum pengembangan tradisi dan budaya daerah Rohul yang sesuai dengan julukannya Negeri Seribu Suluk.
‘’Seluruh budaya dan tradisi masyarakat Rohul yang ada kita perhatikan, tanpa mengeyampingkan keberagamannya. Sekaligus ini bentuk memajukan budaya dan tradisi masyarakat tempatan lainnya seperti Mandailing, Batak, Minang, Sunda, Jawa, Nias dan suku lainnya. Dengan tetap mengacu kepada adat istiadat dan tradisi masyarakat Rohul.
Melihat Rohul mempunyai potensi tradisi dan budaya yang banyak, lanjutnya, ini merupakan salah satu perwakilan dari daerah melayu daratan, maka adat tradisi ini perlu didudukan sesuai dengan porsi yang sebenarnya, sehingga potensi itu berkembang dan bermamfaatkan kepda masyarakat tidak saja dalam kehidupan pembentukan pribadi masyarakat.
Tapi dengan keberagaman budaya dan tradisi masyarakat yang ada, menjadi sumber kekuatan dalam pelaksanaannya pembangunan Rohul yang lebih maju kedepannya. ‘’Saya mengucapkan terimakasih seluruh stake holder dan semua pihak yang telah peduli dalam memperhatikan, mengembangkan dan melestarikan adat dan budaya di Rohul, semoga kedepannya Rokan Hulu menjadi suatu kabupaten yang mempunyai eksistensi dan jati diri yang berbeda dengan daerah lain di Riau,’’ tambahnya.(adv)