PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Seperti rencana awal, massa mahasiswa menitikberatkan aksi unjuk rasa pada harga minyak goreng dan kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) solar. Mahasiswa juga menyinggung soal rencana pemerintah akan menaikkan harga BBM dan juga rencana menghapus BBM subsidi jenis pertalite.
Menurut mahasiswa, fenomena akhir-akhir ini terjadi sungguh menampar dengan keras tepat di wajah Bumi Melayu Lancang Kuning ini. Selalu dielu-elukan dengan istilah di atas minyak di bawah minyak, kondisi yang diderita masyarakat Riau akhir-akhir ini menurut salah seorang pengunjuk rasa yang menjadi orator, sangat memalukan.
''Di atas minyak, di bawah minyak, tapi minyak goreng mahal, solar langka. Berapa banyak HGU kebun sawit, berapa luas lahan yang dikuasai korporasi untuk perkebunan sawit, berapa banyak PKS, berapa banyak barel dipompa dari perut bumi Riau ini. Kenapa minyak goreng mahal, mengapa solar langka. Kita sudah dibodoh-bodohi, rakyat kita sudah dibodoh-bodohi,'' ungkap seorang mahasiswa yang diberi kesempatan berorasi sambil menujuk ke arah Gedung DPRD Riau.
Soal narasi dibodohi ini juga disampaikan dalam orasi mahasiswa lainnya. Mahasiswa dengan rambut panjang sebahu, yang dapat giliran berorasi ini, juga menekankan rakyat telah dibodohi oleh wakilnya sendiri.
''Rakyatnya dibodoh-bodohi oleh wakilnya sendiri. Lihat, rakyat dibodoh-bodohi oleh wakilnya sendiri,'' teriak orator itu berulang kali.
Sementara itu, lalu lintas Jalan Jendral Sudirman, terutama pada jalur yang tidak dialihkan, mulai melandai. Mahasiswa di sisi jalan yang mulai teratur ini memilih duduk-duduk di trotoar dan bahu jalan sambil menyaksikan kawan-kawan mereka berdemo di sisi jalan sebelahnya. Sementara itu, puluhan mahasiswa lainnya memilih berdiri di pagar besi pembatas Jalan Jenderal Sudirman.
Di antara para pendemo, sejumlah tenaga medis terlihat bersiaga. Mulai dari personel medis dari kepolisian hingga personel Palang Merah Indonesia (PMI) yang lengkap membawa tandu.
Laporan: Hendrawan: Kariman (Pekanbaru)
Editor: E. Sulaiman