PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Rektor Universitas Lancang Kuning (Unilak), Prof Dr Junaidi SS MHum resmi dikukuhkan sebagai Guru Besar bidang Kajian Budaya Fakultas Ilmu Budaya Universitas Lancang Kuning (Unilak) Riau oleh Sekretaris Senat Unilak Dr Dedi Zargustin di Aula Pustaka Unilak, Selasa (9/5).
Prof Junaidi menjadi guru besar ke-35 perguruan tinggi swasta di LLDIKTI Wilayah X yang meliputi Sumatera Barat, Riau, Kepri, dan Jambi. Pengukuhan tersebut digelar dalam prosesi tepuk tepung tawar yang dimulai oleh Wakil Gubernur Riau (Wagubri) Edy Natar Nasution dan diikuti Ketua MKA LAMR Datuk Seri H Raja Marjohan Yusuf dan tokoh lainnya.
Dalam sambutannya, Prof Junaidi menyampaikan, capaian dan keberhasilan ini banyak jasa orang-orang kepada dirinya, terutama guru-gurunya dari SD, SMP dan SMA. Dan tentu saja para pembimbingnya, dosen ketika kuliah di S1, S2 dan S3. Guru dan dosen-dosen telah membimbingnya menjadi seorang yang tekun belajar dan memiliki kemampuan yang kuat untuk meraih cita-cita.
“Terima kasih bapak ibu guru dan dosen yang telah mengantarkan saya menjadi seorang guru besar. Tentu peran keluarga sangat besar dalam capaian yang saya raih ini. Terima kasih pada orang tua, abang, dan kakak saya. Terima kasih pada istri dan anak-anak saya. Semoga raihan prestasi ini bisa memberikan manfaat bagi kita semua,” ujar Prof Junaidi.
Adapun topik dalam pidatonya menyampaikan “Industri Budaya: Jelajah Kajian Budaya ke Managemen”. Tajuk itu dipilih sesuai dengan penjelajahannya dalam dunia akademik. Minat pada kajian budaya semakin menguatkan dirinya untuk mendalaminya secara serius sehingga pada akhirnya ia meraih profesor dalam kajian budaya.
“Saya mengenali kajian budaya pada saat kuliah di Program S1 Sastra Inggris Universitas Padjajaran Bandung. Saat itu, saya merasakan sangat sulitnya untuk memahami pemikiran-pemikiran kajian budaya. Namun dengan bimbingan dosen-dosen saya mulai memahami kajian budaya,” katanya.
Prof Junaidi mengungkapkan, ketika kuliah S2 di program studi American Studies, ia sangat tertarik dengan pendekatan interdisipliner dan multidisipliner yang digunakan dalam penelitian American studies.
“Saat itu saya merasakan kesesuaian dengan pikirannya dalam memandang ilmu secara fleksibel dan terbebas dari prinsip-prinsip disiplin yang kaku. Kelenturan kajian budaya untuk bisa bergabung dengan disiplin lain telah memuaskan minat akademik dirinya,” ungkapnya.
Kemudian dia menyampaikan, pada masa kuliah Media Studies of Malaysia Kuala Lumpur. Dirinya, semakin menikmati menggunakan lensa kajian budaya untuk membantu memandang berbagai persoalan dan terus berupaya untuk membawa kajian budaya ranah disiplin lain.
“Ketika saya ambil S3 saya coba mix melakukan dua metode kualitatif kuantitatif yang belum lazim di Indonesia. Pada waktu itu teman-teman di Indonesia pun menganggap itu sesuatu yang tidak mungkin menggabungkan kualitatif dan kuantitatif tapi saya bisa menggabungkan itu sehingga saya pun lulus. Ya dengan menggunakan mix method yang tahun 2005,” ucapnya.
Oleh karena itulah, mengapa dirinya memilih tajuk Industri Budaya. Sebab, Prof Junaidi berpandangan bahwa kehadiran industri dan budaya menimbulkan perubahan yang besar dan rencana hidup manusia industri budaya menghasilkan produk-produk budaya yang dinikmati banyak orang dan telah menghasilkan nilai ekonomi yang juga sangat besar.
Sedikit mengulas perihal tajuk Industri Budaya yang disampaikan Prof Junaidi dalam pidatonya, ia menyadari industri dan industri budaya menyebabkan perubahan besar dalam cara hidup manusia. Industri budaya menghasilkan produk budaya yang dinikmati banyak orang dan telah menghasilkan nilai ekonomi yang sangat besar. Ada keterbatasan ruang bagi ilmu manajemen dan organisasi dalam menjelaskan kehadiran industri budaya sehingga pilihan untuk membawa kajian budaya ke ranah ilmu manajemen dan organisasi merupakan suatu pilihan yang menarik dan menantang.
Menurutnya, salah satu alternatif untuk memahami fenomena industri budaya melalui kajian budaya. Kajian budaya dapat berkontribusi dalam memahami secara kritis dan mendalam tentang industri budaya baik secara teoritis maupun empiris. Pendekatan yang saya ajukan dalam kesempatan ini adalah penerapan pendekatan kritis dan teoritis ke dalam pengetahuan praktis untuk masuk ke dalam industri budaya.
Sehingga, analisis kritis dan empiris yang digunakan dalam kajian budaya memberikan dampak dalam memulai, membangun dan mengembangkan industri budaya. Jika kita ingin menggiring kajian budaya masuk ke ranah studi manajemen dan organisasi, kita perlu menggeser fokus dari produksi ke konsumsi. Kajian budaya secara kritis dan mendalam dapat melihat apa yang terjadi pada konsumsi suatu produk oleh masyarakat. Dengan mempelajari konsumsi, orang-orang produksi di perusahaan akan lebih bisa memahami makna suatu produk dalam masyarakat.
Wagubri Edy Natar Nasution menyampaikan ucapan selamat kepada Prof Junaidi. “Unilak menunjukkan untuk selalu meningkatkan kualitas dosen pengajarnya guna semakin lebih baik. Sehingga di masa yang akan datang Unilak mampu menghasilkan lulusan yang berkualitas dan memiliki daya saing dimasa yang akan datang,” ujar Wagubri.
Ditambahkannya, pengukuhan guru besar ini untuk menciptakan SDM yang unggul, berdaya saing pada sebuah perguruan tinggi. Menjadi seorang guru besar bukanlah akhir dari pencapaian karir seorang dosen, akan tetapi justru menjadi spirit yang senantiasa membangkitkan inspirasi baru guna melahirkan karya-karya yang lebih berlian dan bermanfaat bagi khalayak umum, khususnya bagi Unilak.
Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan Riau Raja Yoserizal mengatakan, Prof Junaidi memang layak dianugerahi guru besar di bidang budaya. Karena selain memang tunak mengkaji kebudayaan, juga aktif di berbagai kegiatan yang berhubungan dengan kebudayaan.
“Selain mengawaki BMR, Mannasa, LAM Riau yang sifatnya budaya Takbenda, beliau juga pemilik Sertifikat sebagai Ahli Cagar Budaya. Pun Prof junaidi salah seorang TACB (Tim Ahli Cagar Budaya) Provinsi Riau,” katanya.
Dikutip dari website resmi LLDIKTI Wilayah X, Kepala LLDIKTI Wilayah X Afdalisma menyerahkan Surat Keputusan Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim kepada Rektor Universitas Lancang Kuning tentang kenaikan jabatan menjadi guru besar di Aula Lantai 3, Selasa (2/5). Penyerahan SK tersebut dilaksanakan usai upacara peringatan Hari Pendidikan Nasional yang dihadiri tenaga kependidikan dan dosen PNS Dpk Kota Padang di lingkungan LLDIKTI Wilayah X.
Pada sambutannya, Afdalisma menyampaikan terhitung mulai 1 Februari 2023, Porf Junaidi dinaikkan jabatan akademiknya menjadi profesor dalam bidang Ilmu Kajian Budaya. “Selamat atas raihan yang luar biasa Rektor Universitas Lancang Kuning Prof Junaidi sebagai guru besar dalam bidang Ilmu Kajian Budaya. Prof Junaidi merupakan guru besar yang ke-35 di lingkungan PTS LLDIKTI Wilayah X,” ucap Afdalisma.
Pada kesempatan tersebut, Afdalisma menyampaikan harapannya agar capaian Prof Junaidi menjadi motivasi bagi dosen di lingkungan LLDIKTI Wilayah X untuk meraih capaian tertinggi sebagai guru besar. “Saya berharap semoga capaian Prof Junaidi menjadi motivasi bagi dosen di LLDIKTI Wilayah X dalam meniti karir hingga jenjang tertinggi yaitu menjadi profesor,” tutur Afdalisma.(dof/egp)