PEKANBARU, (RIAUPOS.CO) - Pandemi Covid-19 memukul semua sektor perekonomian anak bangsa. Tak terkecuali sektor pariwisata. Biasanya setiap akhir pekan berbagai tempat wisata di Kota Pekanbaru maupun di daerah sekitar seperti di Kampar selalu dipenuhi pengunjung. Ketika pandemi melanda, beberapa tempat wisata mengalami kesulitan keuangan karena sepi pengunjung.
HARI pagi menjelang siang, Ahad pekan lalu di tempat wisata Go Green yang lokasinya tak jauh dari Kota Pekanbaru. Lokasi wisata ini masih di seputaran Rimbo Panjang Kampar. Biasanya selalu dipenuhi pengunjung. Ada yang sekadar mencari spot foto karena banyak bunga dan taman untuk spot foto bernuansa hijau yang memang merupakan daya tarik tempat wisata itu.
Juga ada taman pancing dan wisata dengan kereta kuda (bendi). Lokasi ini kerap jadi tempat liburan akhir pekan keluarga melepas lelah setelah melakukan rutinitas kerja harian. Nuansa hijau dan tetumbuhan rindang turut menjadi ciri khas tersendiri. Namun sejak pandemi mulai melanda tahun lalu, tingkat kunjungan turun drastis.
"Jauh sekali Pak. Kalau dulu saking ramainya sampai bergantian kami istirahat agar pengunjung dapat terlayani," ujar Irman, seorang pekerja di sana dalam bincang ringan dengan Riau Pos.
Menurutnya, masa-masa itu berbagai fasilitas yang disediakan pengelola dapat termanfaatkan secara maksimal. Berbeda dengan sekarang, beberapa fasilitas hiburan terpaksa ditiadakan karena tak ada pemasukan. "Ada beberapa permainan seperti keliling dengan kereta kuda di rute wisata ini, dulu ramai peminat. Tapi sekarang karena pandemi tak ada lagi," ujarnya.
Bahkan makin hari semakin ketat kebijakan seperti PPKM hingga PPKM Level 4 membuat sektor wisata yang mereka kelola makin sepi pengunjung.
"Hasil tiket masuknya, jangankan untuk yang lain untuk keperluan para pekerja saja tak lagi tertanggulangi," ujarnya.
Lambat laun, beberapa pekerja terpaksa keluar dan mencari pekerjaan lain. Tapi akhirnya banyak yang menganggur juga karena pekerjaan lain itu juga sulit didapat di masa pandemi. Menurutnya, ke depan pemerintah mesti betul-betul memberi perhatian dan solusi bagaimana kebijakan PPKM misalnya tidak sampai mematikan usaha masyarakat.
"Ya kita dukunglah upaya pemerintah mengatasi Covid-19. Namun di sisi lain, tolong perhatikan juga nasib warga, terutama yang terdampak kebijakan itu dan usahanya jadi tidak berjalan," ujar Irman.
Saat Riau Pos berkeliling ke sejumlah tempat wisata lain seperti Kebun Binatang Kasang Kulim hingga Pulau Cinta Sungai Jering Kampar, hal yang sama juga dikeluhkan. Bukan saja oleh pengelola tempat-tempat wisata tetapi juga oleh para pedagang kecil di sekitar tempat wisata. Rosma (34) misalnya yang biasanya selalu berdagang kecil-kecilan di Pulau Cinta Sungai Jering misalnya mengaku tak lagi beraktivitas.
"Siapa yang mau beli kalau pengunjung tak datang," ujarnya saat bincang dengan Riau Pos.
Menurutnya bahkan di hari libur akhir pekan pun para pengunjung kalaupun ada bisa dihitung dengan jari. Ros berharap penanganan pandemi tidak sampai membuat tempat-tempat wisata kehilangan pengunjungnya.
"Harusnya dipikirkan juga masyarakat kecil seperti kami ini Pak. Kalau semua dilarang dan mesti kerja di rumah saja ya lama-lama ekonomi kecil seperti kami akan mati," ujarnya.
Menanggapi apakah sudah ada bantuan sosial yang diterima, Ros mengatakan belum. Dia hanya bisa berharap agar bantuan sosial itu benar-benar segera disalurkan hingga sampai kepada mereka.
"Sebab keadaan sekarang ini membuat kami kehilangan pendapatan, sementara kami perlu makan juga," ujarnya.
Sementara itu, realisasi pencairan anggaran Covid-19 menurut Menkeu Sri Mulyani untuk di daerah-daerah termasuk Pekanbaru masih rendah. Menurut Menkeu, hal itu karena Pemda yang lamban melakukan pencairan anggaran termasuk Riau dan Pemko Pekanbaru. Menanggapi hal itu, Wali Kota Pekanbaru Firdaus mengakui soal keterlambatan itu. Namun, lanjutnya, itu bukan karena kesengajaan ataupun karena kelalaian dalam pengelolaan anggaran.
"Itu akibat terjadinya pergeseran jadwal anggaran sehingga kas tak ada untuk segera merealisasikan bantuan sosial di lapangan," ujarnya.
Menurutnya Pemko sendiri telah berupaya mencukupi kebutuhan anggaran C-19 itu dengan mengambilkannya dari anggaran kegiatan lain yang sudah direncanakan. "Sampai kita menunda pekerjaan lain dan mengalihkan dananya untuk penanganan C-19," ujarnya.
Menurutnya pergeseran anggaran dari jadwal seharusnya masuk dari pusat misalnya waktunya bergeser dari jadwal semula terjadi di awal refocusing (fokus kembali) ke penanganan Covid-19.
"Yang agak lambat itu dari refocusing pertama. Kemudian ada juga regulasi yang harus dijalani sehingga tidak bisa langsung cair sesuai jadwal yang sudah ditetapkan," ujarnya lagi.
Namun menurutnya ke depan akan lebih cepat karena refocusing anggaran penanganan Covid-19 untuk Pekanbaru dan sekitarnya sudah ditetapkan Rp100 miliar. Menurutnya diharapkan ke depan dapat membantu ekonomi warga dalam menghadapi dampak pandemi.***
Laporan HELFIZON ASSYAFEI, (Pekanbaru)