“Setelah melalui banyak diskusi dan kajian, kami bersyukur pembangunan PLT Biogas di PKS Terantam, hasil kerja sama dengan BPPT dapat diselesaikan dan diresmikan bersama-sama,” ujar Jatmiko.
Menurutnya PTPN V patut bersyukur, sebab perusahaan yang senantiasa fokus menerapkan budidaya perkebunan yang sustainable itu memperoleh berkah melalui kerja sama yang apik dengan BPPT.
“BPPT punya riset, kajian, SDM, teknologi, dan peralatannya, sedangkan kami memiliki potensi limbah sawit yang sangat besar, yang berasal dari hasil olah PKS berkapasitas 575 ton TBS/jam,” terang Jatmiko sambil menyebutkan bahwa sinergi dengan BPPT dalam pembangunan pilot plan biogas yang dimulai dengan penandatanganan MoU di tahun 2016, dilanjutkan dengan pembangunannya di tahun 2017.
“Apresiasi dan terima kasih kami kepada BPPT dengan kerja sama yang baik, buah kesungguhan perusahaan untuk menjadi Perusahaan Perkebunan Negara yang paling fokus mengembangkan energi terbarukan berbahan dasar limbah sawit, senantiasa terjaga,” ujarnya.
Pembangunan PLT Biogas sendiri menelan nilai investasi ± Rp27 miliar. Bahan baku yang digunakan untuk menghasilkan listrik berasal dari palm oil mill effluent (POME) atau limbah cair dari pabrik kelapa sawit Terantam, dan mampu menghasilkan listrik sebesar 700 kilo watt (KW).
Jatmiko menerangkan, listrik yang dihasilkan dari pembangkit ini nantinya akan digunakan untuk operasional pabrik pengolahan kernel (inti) sawit di Tandun, yang saat ini beroperasi dengan pasokan listrik dari PLT Biogas Tandun dan suplai bahan bakar fosil.
“Penerapan sawit yang lestari bukanlah menyulitkan, tapi jadi bagian dari mimpi besar PTPN V untuk menjadi contoh sukses peningkatan nilai tambah dari limbah kelapa sawit. Sekaligus meningkatkan kemampuan inovasi teknologi pemanfaatan limbah cair menjadi energi listrik di Indonesia. Serta bukti kita tidak hanya sekadar pemenuhan kriteria untuk memperoleh sertifikasi ISO, ISPO, RSPO hingga ISCC,” jelasnya.
PLT Biogas Teratam merupakan proyek kedua di PTPN V. Sebelumnya juga telah dibangun PLT Biogas pertama di lingkungan BUMN Perkebunan berlokasi PKS Tandun dengan daya 1,2 MW. Selanjutnya, Jatmiko tengah merencanakan membangun PLT Biogas ketiga.
“Yang ketiga di PKS Sungai Pagar, tetap bekerja sama dengan BPPT. Kami punya planning besar untuk memanfaatkan seluruh potensi biogas dan biomass dari limbah sawit kami. Selain digunakan sendiri. Keperluan listrik Riau menjadi potensi bagi kami yang sudah melakukan MoU dengan PLN. Kami berharap ke depan akan semakin banyak perusahaan sawit yang dapat memanfaatkan limbah kelapa sawit menjadi energi di Indonesia,” harap Jatmiko.
Sementara Hammam Riza menambahkan, pembangunan PLT Biogas ini merupakan pilot project bagi BPPT.
“Kami memandang PTPN V memiliki potensi yang sangat besar dalam hal pengelolaan limbah sawit menjadi energi terbarukan seperti biogas. Kami pun menaruh perhatian besar dalam pengembangan teknologi biomassa baik yang berasal dari tanaman budidaya kelapa sawit maupun limbahnya,” ujarnya.
Kelapa sawit dinilai merupakan alternatif sumber energi yang paling baik untuk menggantikan sumber energi fosil yang tak lama lagi akan habis. Sebab tanaman ini memiliki produktifivitas yang tinggi dan ramah lingkungan. Sumber energi berbasis sawit seharusnya bisa menjadi salah satu pilihan strategis untuk memenuhi keperluan listrik di Indonesia. Indonesia saat ini merupakan produsen crude palm oil (CPO) terbesar di dunia. Yakni sekitar 32 juta ton per tahun.
Namun produksi CPO yang berlimpah ini juga pasti diikuti dengan produksi limbah yang selalu menjadi perhatian publik. Karenanya, upaya-upaya dalam pengelolaan dan pemantauan lingkungan menjadi penting ketika aktivitas pemanfaatan energi berlangsung di setiap tempat.(eca/adv)