JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- Sejumlah pengamat mengapresiasi usulan Partai Demokrat agar pemerintah memberikan perhatian penuh pada para keluarga awak KRI Nanggala 402 yang gugur di medan tugas. Meskipun pemerintah sudah punya prosedur tetap bagi keluarga prajurit yang ditinggalkan, tapi ini kejadian luar biasa yang tidak boleh disikapi dengan biasa saja.
Dosen FISIP Unsyiah Banda Aceh Aryos Nivada bahkan menggarisbawahi gugurnya Letkol (P) Irfan Suri asal Samalanga, Bireun, Aceh. Padahal, sebelumnya Bireun diketahui sebagai salah satu basis kuat Gerakan Aceh Merdeka (GAM).
“Ini merupakan wujud kesetiaan dan pengorbanan masyarakat Aceh demi keutuhan NKRI,” tegas Aryos, yang juga peneliti senior Jaringan Survei Inisiatif, Aceh. Karena itu, Aryos mengapresiasi pemerintah yang sudah mewujudkan satu dari tiga usulan Partai Demokrat sebagai bentuk perhatian penuh pemerintah pada para keluarga awak kapal selam yang tenggelam itu. Tiga usulan tersebut adalah keluarga tetap menerima gaji utuh, beasiswa bagi anak-anak mereka serta fasilitas perumahan, sebagaimana dinyatakan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (25/4). Dari tiga usulan tersebut, pemerintah melalui Menteri Pertahanan sudah setuju untuk memberi beasiswa penuh bagi anak-anak para awak KRI Nanggala 402 hingga lulus sarjana.
Harapan yang sama dinyatakan pengamat Mochtar W. Oetomo dari Surabaya. Menurutnya, 47 dari 53 awak yang gugur berasal Jawa Timur. Arek-arek ini patriot bangsa yang sejati. Kejadian yang luar biasa. Sudah sepatutnya negara memperlakukan mereka dengan luar biasa.
“Jangan cukup mengikuti protap yang berlaku saja,” kata Mochtar yang juga mengelola lembaga survei Surabaya Survey Center (SSC). Karena menurutnya, menjadi prajurit itu kontrak mati. Setiap prajurit tahu itu. Keluarganya pasti juga tahu. Tapi ketika akhirnya mereka gugur dalam tugas, peran mereka dalam keluarga masing-masing tetap tidak tergantikan.(jpg)