Pesawat yang ditumpangi Sandi mendarat sekitar pukul 10.30 WIB. Dari bandara, pria kelahiran Pekanbaru 49 tahun silam itu langsung bertolak ke Jalan Bunga Tanjung, Keluharan Delima, Kecamatan Tampan, Kota Pekanbaru. Ditemani para sahabat, Sandi langsung memasuki rumah almarhum Hazairin. Di sana, ia disambut oleh istri beserta empat orang anak almarhum. Usai doa bersama, Sandi sempat berbincang-bincang dengan keluarga almarhum Hazairin.
Dalam percakapan itu, istri almarhum Yulita Harni sempat bercerita bagaimana sosok Hazairin sebelum menjadi ketua KPPS. “Lima hari sebelum pemilihan bapak sempat dirawat di rumah sakit. Pas sebelum 17 April 2019 sudah keluar dan langsung bertugas sebagai KPPS. Sehari setelah itu, kondisi bapak sempat kembali drop,” cerita Yulita.
Dengan kondisi fisik yang menurun, almarhum memaksakan diri untuk mengendarai sepeda motor. Namun nahas, diperjalan Hazairin sempat mengalami kecelakaan dan terjatuh dari sepeda motor yang ditunggangi. 21 April 2019, ayah dari empat orang anak itu kembali harus menjalani perawatan di rumah sakit. Dalam rentang waktu kurang lebih sepekan, kondisi Hazairin terus mengalami penurunan. Hingga akhirnya pada 29 April 2019 pahlawan demokrasi itu menghembuskan nafas terakhirnya.
Mendengar cerita itu, Sandi tampak berduka. Raut wajahnya seolah tak bisa menyembunyikan rasa duka yang mendalam. Ia berkesimpulan bahwa Hazairin merupakan sosok yang memiliki dedikasi tinggi terhadap bangsa dan negara. Itu terlihat dari kuatnya keinginan Hazairin dalam melaksanakan tugas sebagai ketua KPPS. Meski kondisi fisik kurang optimal, Hazairin dikatakan Sandi tetap memenuhi kewajibannya sebagai petugas.
Editor: Eko Faizin