JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- Aksi demo 11 April 2022 telah dilakukan Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) di depan Gedung DPR/MPR.
Ini menjadi pertanda bagi pemerintah saat ini, bahwa "alarm zaman" telah dibunyikan. Hal ini disampaikan oleh Ketua Umum Partai Gelora, Anis Matta melalui keterangan tertulisnya, Kamis (14/4/2022).
Anis mengingatkan pemerintah untuk tidak melakukan pendekatan perspektif keamanan berlebihan terhadap gerakan mahasiswa saat ini, serta tidak menuding ada "wayang" yang sengaja dimainkan oleh "dalang" tertentu untuk menjatuhkan pemerintah.
"Jadi ini bukan sekadar isu tentang penundaan pemilu atau perpanjangan masa jabatan presiden menjadi 3 periode. Tapi ini sudah suara emak-emak di rumah, suara masyarakat bawah yang mengalami impitan hidup yang semakin berat. Ini akibat krisis ekonomi yang kita hadapi dalam dua tahun terakhir ini," kata Anis.
Menurut Anis, publik menyaksikan rezim di beberapa negara sudah mulai berguguran, karena tidak mampu menghadapi tekanan krisis berlarut akibat ketidakpastian situasi global.
"Ini yang diserbu Ukraina, yang jatuh Perdana Menteri Pakistan (Imran Khan, red), Srilanka sedang berjalan, Yaman sudah. Ini karena apa? karena terintegrasinya masyarakat dunia. Korbannya pasti banyak lagi, akan menimpa negara-negara yang rapuh. Inflasi adalah dampak yang sedang terjadi," ujarnya.
Eks politikus PKS itu menilai krisis berlarut saat ini secara langsung bisa menjatuhkan seluruh rezim di seluruh dunia, tak terkecuali di Indonesia. Sebab, suasana hati publik (public mood) saat ini, diliputi dengan kemarahan, karena impitan hidup yang semakin berat.
"Jadi, ini yang kita lihat kemarin, pada 11 April, mungkin banyak orang yang underestimate di awal, tetapi bagi kami, ini menjadi suatu pertanda zaman. Ini ada;ah alarm yang sudah dibunyikan. Alarm zaman yang dibunyikan oleh para mahasiswa kita," ujarnya.
"Kira-kira fenomena ini yang kita tangkap pada 11 April kemarin, kelihatannya fenomena ini akan terus berlanjut. Tadi yang kita dengar rencananya 21 April ini," pungkasnya.
Laporan: Yusnir (Jakarta)
Editor: Rinaldi