Sementara itu, demi menanggapi jurus kartu sakti Jokowi, paslon penantang Prabowo-Sandi berjanji akan menurunkan harga pangan dan tarif listrik dalam 100 hari pemerintahan. Elektabilitas mereka pun ikut terkerek dari 33,6 persen menjadi 34,9 persen. Undecided voter tersisa tinggal 8,8 persen.
’’Kenaikan elektabilitas kedua paslon berkorelasi pula dengan unggulnya PDIP dan Gerindra,’’ jelas Direktur Riset Vox Populi Research Center Dika Moehamad dalam siaran pers di Jakarta, pada Jumat (12/4/2019).
PDIP naik elektabilitasnya dari 26,8 persen menjadi 27,4 persen. Demikian pula dengan Gerindra, naik tipis dari 15,1 persen menjadi 15,4 persen. Turunnya elektabilitas Demokrat membuat posisinya terancam oleh partai-partai papan tengah. Nasdem yang naik elektabilitasnya dari 4,3 persen menjadi 4,7 persen membayangi Demokrat. Lalu ada PKS yang mengalami kenaikan cukup tinggi, dari 3,4 persen menjadi 4,3 persen. Terakhir PSI yang naik sedikit dari 3,7 persen menjadi 4,1 persen.
Menurut Dika, penurunan elektabilitas Golkar dan Demokrat tidak lepas dari terbelahnya aspirasi terhadap dukungan pilpres. Golkar adalah pengusung paslon Jokowi-Ma’ruf, tetapi sebagian elite dan pengurus daerah mendukung Prabowo-Sandi. Demokrat yang mengusung Prabowo-Sandi membebaskan sebagian kadernya mendukung Jokowi-Ma’ruf.