PILPRES 2024

Ini 6 Tokoh Penentu Pilpres 2024, Siapa Saja?

Politik | Sabtu, 03 Juli 2021 - 03:03 WIB

Ini 6 Tokoh Penentu Pilpres 2024, Siapa Saja?
Presiden Joko Widodo, perannya akan sangat menentukan siapa yang bakal menjadi Presiden RI di Pilpres 2024.

JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Direktur Eksekutif Surveylink Indonesia, Wempy Hadir, menyatakan, ada sosok king-queen maker pada Pilpres 2024 mendatang. Keenam sosok itu mulai dari ketua umum partai politik hingga mantan Presiden Republik Indonesia.

"Saya melihat bahwa kalau melihat konstelasi politik hari ini, setidaknya ada enam king maker yang saya kira kita bisa catat," kata Wempy di Jakarta.


Sosok pertama adalah Presiden Joko Widodo. Menurut Wempy, sosok Jokowi dapat menjadi king maker, karena merupakan orang yang paling berkuasa saat ini di Indonesia.

Menurut Wempy, meski Jokowi tidak menjadi ketua umum sebuah partai politik, namun menteri-menteri dalam Kabinet Indonesia Maju sangat loyal kepadanya.

"Saya lihat ini menjadi kekuatan Jokowi. Apalagi Jokowi orangnya cukup bersih, sederhana, sehingga kesetiaan para pembantu Jokowi sangat tinggi," ujarnya.

Dengan kondisi seperti itu, menurut Wempy, Jokowi akan mampu mendorong kemanapun arah politik. Wempy juga menilai bahwa Jokowi dapat menentukan siapa yang akan menjadi presiden pada 2024.

Sosok kedua kata dia yakni Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri. Wempy menilai, Mega saat ini menjadi orang nomor satu di partai penguasa yang telah memenangi dua pemilu berturut-turut, 2014 dan 2019.

"Saya kira kekuatan ini bisa dikapitalisasi untuk menjadi kekuatan elektoral pada pilpres akan datang. Apalagi kalau kita lihat megawati hari ini sangat percaya diri," ujarnya.

Berikutnya ada nama Menteri Pertahanan sekaligus Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto. Menurut Wempy, selain menjadi king maker, Prabowo masih memiliki peluang untuk menjadi salah satu calon presiden pada pilpres 2024.

Namun demikian, ia melihat saat ini Prabowo masih menghadapi dilema antara maju sendiri atau mencalonkan orang lain di internal Gerindra.

"Saya kira di tengah melemahnya elektabilitas Prabowo, menurut saya dia sangat realistis dan akan menghitung kekuatannya. Kalau sampai di 2023 tingkat elektabilitas Prabowo tidak menjanjikan, tidak meningkat, menurut saya akan ada kalkulasi politik ulang," ujar Wempy.

"Mungkin saja mendorong kader dari Gerindra yang akan berkoalisi dengan PDIP," imbuhnya.

Nama lainnya yakni mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Wempy menyebut, SBY dapat menjadi king maker lantaran masih berupaya mendorong putranya, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang juga Ketua Umum Partai Demokrat berkarier di ranah politik.

Lalu, menurut Wempy, ada nama mantan Wakil Presiden dan politikus Golkar Jusuf Kalla (JK). Ia melihat, meski JK tidak menjadi ketum parpol, namun JK masih lihai dalam menentukan calon pemimpin.

Salah satu bukti tangan dingin JK yakni ketika memajukan Anies Baswedan sebagai calon Gubernur DKI Jakarta pada Pilkada DKI 2017. Saat itu, Anies yang maju bersama Sandiaga Uno berhasil memenangkan Pilkada dengan mengalahkan pasangan Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat dan pasangan AHY-Sylviana Murni.

"JK adalah salah satu hero menjadikan Anies Gubernur Jakarta. Di tengah pertarungan yang sangat sengit dan sebagainya JK keluar sebagai pemenang dan menjadikan Anies sebagai gubernur," tuturnya.

Selain itu, JK juga merupakan salah satu pengusaha sukses dan sebagai mantan wapres, JK dinilai masih memiliki jaringan kekuasaan yang baik.

Terakhir, ada nama Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh. Ia melihat hubungan NasDem dengan partai koalisi lainnya cukup renggang belakangan ini.

Oleh sebab itu, bisa saja Surya memanfaatkan momentum itu untuk membangun koalisi sendiri. Terlebih, beberapa waktu lalu, Surya sempat bertemu dengan Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto tanpa partai koalisi lainnya.

"Saya melihat agak dingin hubungan antar koalisi, seolah-olah Surya tidak akan diajak lagi dalam koalisi yang akan datang 2024. Dengan demikian, jika melihat politik NasDem, dia mencoba untuk berada di luar daripada garis koalisi yang ada hari ini," kata Wempy mengakhiri.

Sumber: JPNN/News/CNN/Bebragai Sumber
Editor: Hary B Koriun









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook