Dulunya, Pulau Semut hanyalah sebuah daratan di tepian Sungai Siak yang dipenuhi pohon-pohon mangrove. Di pohon-pohon itu, hiduplah koloni semut hitam dengan jumlah besar, yang menjadi asal muasal penamaan tempat ini menjadi Pulau Semut. Ukurannya yang terbilang tak terlalu luas yakni 225 meter persegi juga menjadi alasan yang membuat kawasan ini dinamai Pulau Semut. Kini, berkat swadaya masyarakat sekitar dan sokongan dari Pertamina, tempat ini sukses menjadi lokasi wisata baru yang dikunjungi sekitar 2 ribu orang setiap pekannya.
RIAUPOS.CO - Pulau Semut sendiri berlokasi di Kota Pekanbaru. Tepatnya di Jalan Pembina,RT 03 RW 07, Kelurahan Limbungan, Kecamatan Rumbai Pesisir Pekanbaru. Jika berkendara dari tengah Kota Pekanbaru, kira-kira menghabiskan waktu sekitar 30 menit untuk sampai ke lokasinya. Jalan menuju kesana terbilang kecil, cukup dilewati satu mobil. Namun, bus belum bisa ke sana. Karena terhalang oleh lintasan kabel yang cukup rendah.
Dikatakan warga sekitar yang dipercaya menjadi Ketua Pulau Semut, Suardi, pulau ini dulunya hanyalah tepian sungai biasa yang tak dilirik oleh siapapun. Hingga akhirnya ia pun merembah pepohonan mangrove di kawasan ini dengan misi membuat dermaga pancing sederhana pada tahun 2020. Sehari-hari, ia memang biasa membuka lahan di tepian sungai untuk dijadikan lokasi pancing. Lokasi itu kemudian ia sewakan kepada pehobi mancing.
"Yang pertama kali merembah ini, saya. Saya tebas ini semua. Makin banyak semutnya. Tebas sebentar, terjun lagi ke air, sagking banyak semutnya," kenangnya.
Aksinya itu sempat dikatai gila oleh orang yang melihat. Karena dinilai sebagai pekerjaan yang aneh dan tak lumrah dilakukan."Banyak yang mengatakan saya orang gila. Kalau orang sini bilang, tu kojo gilo tu. Tu kerja gila tu," ujarnya menceritakan.
Namun Suardi tak gentar. Berjalannya waktu, ia terus menyelesaikan proyek ''gila"nya itu. Ia mengambil kayu-kayu dari hutan sekitar untuk membuat jembatan."Saya berdirikan pohon-pohon, bikin pancang jembatan ini sendiri," sambungnya.
Akhirnaya, setelah dibantu keponakannya, proyek darmaga pancing pun beres. Ia menyewekannya dengan biaya mulai sari Rp5 ribuan saja.
Sampai akhirnya, RW setempat, yakni Ketua RW 07, Etdiyanto melihat usaha yang dilakukan Suardi. Ia pun memberikan dukungan. "Kami mendukung untuk mengelola kawasan ini menjadi tempat wisata. Kita cari nanti mana yang bisa bantu kita," sambungnya.
Ia bersama warga sekitar pun membentuk Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) yang bersungguh-sungguh ingin memajukan kasawan Pulau Semut menjadi kawasan wisata. Anggotanya sekitar 30 orang yang rata-rata berprofesi sebagai nelayan Sungai Siak.
Berkat kesungguhan itu, mereka pun berhasil mendapatkan program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) dari Pertamina Patra Niaga. Bantuan tersebut diberikan sebagai bentuk kepedulian dan tanggung jawab Pertamina. Sebab daerah tepian Sungai Siak ini setiap hari dilewati oleh kapal tengker, termasuk dari Pertamina.
Dengan sentuhan TJSL itu, Pulau Semut semakin menarik minat pengunjung. Menurut Suardi, perminggunya ada sekitar 500 orang wisatawan yang datang. Perbulan rata-rata ada 2000 kunjungan.
Menariknya, warga enggan menggetok harga. Terbukti, biaya masuknya terbilang sangat terjangkau. Pokdarwis setempat hanya memungut biaya parkir saja, yakni Rp5 ribu untuk sepeda motor dan Rp10 ribu untuk mobil.
Dengan membayar dengan harga tersebut, pengunjung sudah bisa "healing" sejenak dari hiruk pikuk kota. Melihat pepohonan dan merasakan semilir angin di tepian Sungai Siak. Bagi yang hobi mancing dan foto-foto, tempat ini cocok menjadi destinasi. Kawasan ini juga dibuka untuk aktivitas camping. Untuk kegiatan ini, pengunjung cukup membayar Rp15 per orang per pekannya dengan fasilitas penjagaan atau kemanan. Uang masuk tersebut dikelola warga untuk terus memantapkan lokasi yang kini mulai dikenal tersebut.
Dengan adanya Pulau Semut ini, Etdiyanto mengatakan juga turut menjadi pemasukan tambahan bagi warga. Ibu-ibu setempat yang diketuai ibu RT setempat mengelola ikan patin menjadi bakso ikan yang bisa dinikmati oleh pengunjung. Selain itu, masyarakat juga bisa menjual udang hasil tangkapak mereka di Pulau Semut. Sehingga mempermudah dan memangkas proses jual beli.
Diharapkan, sokongan dari Pertamina bisa terus mengalir untuk Pulau Semut ini. "Semoga ke depan infrastruktur makin lengkap. Ada tempat bermain anak, tempat sampah dan ibadah yang memadai," harapnya.
Terselamatkan dari Ancaman Abrasi
Dikatakan oleh Comdef Officer Pertamina Fuel Terminal Siak Hanifah sebelumnya daratan Pulau Semut ini masih menyatu dengan daratan yang berada di sebelahnya. Namun, karena Sungai Siak ini merupakan jalur transportasi dari kapal-kapal tengker, salah satunya Pertamina, maka lama kelamaan daratan tersebut pun terpisah.
Kapal-kapal tengker yang melintas dikatakannya memiliki kapasitas besar yakni sekitar 3.500 DWT dengan intensiatas yang tinggi pula."1 hari itu ada 1 sampai 2 kapal yang melintas. Itu menyebabkan gelombanh abrasi yang dapat mengikis permukaan di sekitar ini dan membuat daratan ini pun terpisah," ujarnya.
Kemudian ia juga menceritakan bahwa pada tahun 2020, masyarakat sekitar bergotong royong membuat jembatan penghubung antar kedua jembatan. Namun hanya dengan peralatan seadanya.
"Dengan papan seadanya, kayu seadanya. Pengunjung yang lewat pun risau kalau ada apa-apa," ungkapnya.
Mengetahui hal itu, Pertamina pun melakukan asesmen dengan kelurahan, pemerintah dan warga sekitar. Akhirnya Pertamina pun melakukan intervensi program pemberdayaan di daerah itu."Dimulai dari tahun 2021, kami melakukan penghijauan seperti penanaman mangrove, ketapang kencana sama penanaman bibit buah. Untuk menjaga lingkungan di sini tetap asri," paparnya.
Selain itu, pada tahun 2021, Pertamina juga mendirikan Saung Edukasi. "Dengan adanya saung ini diharapkan masyarakat dan wisatawan pengunjung, selain bisa duduk-duduk juga bisa melihat pemandangan alam. Kalau beruntung bisa lihat monyet-monyet di situ. Jadi juga bisa mengedukasi pengunjung tentang primata atau hewan-hewan di sekitar sini," sebutnya.
Pada tahun yang sama juga dibentuk Pokdarwis untuk mengelola wisata dari Pulau Semut sendiri. Selanjutnya untuk 2022, Pertamina memberi sokongan dalam bentuk infrastruktur yang memadai untuk menarik minat pengunjung. Adapun infrastruktur tersebut di antaranya ialah renovasi jembatan dan pembangunan turap, sesuai dengan permasalahan utama daerah tersebut, yakni abrasi yang mengikis daratan. "Dengan adanya pembangunan infrastruktur di tahun 2022 jadi intensitas atau partisipasi dari wisawatan pun berkembang. Pulau Semut pun tersemalatkan dari pengikisan dan tidak tenggelam," terangnya lagi.
Di tahun 2023 ini, Pertamina dikatakam masih fokus membangun infrastruktur lain untuk meningkatkan rasa nyaman wisatawan. Di antaranya toilet, sumur bor, listri dan lain sebagainya."Jadi harapannya dengan adanya intervensi TJSL dari Pertamina ini, Pulau Semut bisa terangkat dan dapat meningkatkan pendapatan, kehidupan sosial dan lingkungan masyarakat," imbuhnya saat ditemui di Pulau Semut belum lama ini.(nda)
Laporan SITI AZURA, Pekanbaru