“Di Jepang sudah ada lebih dari 5.000 restoran dan kafe yang menyuguhkan Kopi Toraja. Jadi sangat mungkin mengembangkan wisata kopi. Dan Festival Kopi dan Kuliner 2017 ini sebagai langkah awalnya.,” ungkap Esthy.
Esthy pun mengusulkan agar Toraja mendorong kopi sebagai komoditas unggulan yang dapat dijadikan sebagai objek pariwisata. Misalnya dengan menikmati secangkir kopi arabica Toraja sambil berkeliling perkebunannya.
Pengalaman tersebut diyakini bakal diminati para pelancong lokal maupun internasional. "Di Jepang itu kan kopi paling mahal Toraja. Harganya Rp169.000 per cangkir. Dari situ kita bisa create wisata kopi Toraja. Kita jual keindahan Toraja lewat kopi," kata Esthy.
Menpar Arief Yahya juga sepakat dengan bawahannya. Apalagi, modal Toraja sudah sangat kuat. Selain sudah dikenal dunia, Toraja sempat dijuluki Queen of Coffee. Mantan Dirut Telkom itupun menyelipkan harapan untuk mengangkat derajat Toraja lewat wisata kopi.
”Kopi Toraja sudah sangat bagus. Pilih channel yang tepat, bikin event yang mendunia, pilih endorser dengan dibarengi gerai-gerai berkelas," kata Arief Yahya., Menteri Pariwisata RI.
Bagi Menpar Arief Yahya, keragaman kopi nusantara adalah kekuatan yang luar biasa. Dan itu bisa didorong menjadi kekuatan atraksi pariwisata Indonesia. “Ajak turis ikut menyemai kopi, melihat sendiri penanaman, penyiangan, pemetikan, dan pengolahan biji kopi hingga siap diseruput di cangkir bambu, story line wisata Kopi Toraja bisa naik kelas,” ucapnya. (adv)