PEKANBARU, (RIAUPOS.CO) - VANNY Marissa merupakan seorang Polisi Wanita (Polwan) yang saat ini bertugas sebagai Interpol dan United Nation (UN) Peacekeepresdi Sudan. Melalui wawancara khusus dengan Riau Pos, Vanny sempat bercerita banyak soal kisahnya hingga bisa berada pada titik ini. Putri bungsu pasangan S Pasaribu dan H Hasibuan tersebut lahir di Kota Pekanbaru pada tanggal 28 Desember 1995. Ia melewati masa kecil dan remaja nya di Kota Pekanbaru, Provinsi Riau, tepatnya di Kecamatan Payung Sekaki bersama kedua orang tuanya dan keempat saudaranya.
Setelah lulus di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA) pada tahun 2014, ia langsung mengikuti pendaftaran kepolisian wanita (Polwan). Saat itu, Vanny sempat iri melihat teman-temannya yang pergi liburan dan jalan-jalan serta nongkrong bareng dan menikmati libur panjang. Sedangkan dia harus mengikuti serangkaian tes demi mencapai cita-citanya saat itu.
"Waktu baru daftar, iri lihat teman-teman yang menikmati libur panjang. Sedangkan saya harus merubah potongan rambut dengan model cepak, kulit yang menghitam, panas-panasan untuk latihan fiksik dan belajar akademik. Sempat terpikir kok kayaknya hidup aku ga seenak mereka ya. Dan kepengen bebas," kata Vanny bercerita, Sabtu (27/11).
Namun hal tersebut tidak membuat Vanny putus asa. Ia terus membulatkan tekadnya dan terus maju mengikuti tes. Segala hal dipersiapkan. Baik itu dari segi akademik dan fisik yang harus prima. Vanny juga mengakui sejak awal ia cukup capek dengan berbagai macam lika liku saat pendaftaran. Seperti harus mengantre dan melihat pesaing lainnya memiliki bentuk tubuh yang cukup bagus.
Lebih lanjut Vanny menceritakan kisahnya mendaftar sepolwan pada tahun 2014 tersebut, ia yang sudah lulus pada tahap 1, yakni tes kesehatan dan psikologi melanjutkan tes nya ke tahap berikutnya. Yakni tes akademik. "Itu otak saya sudah seperti komedi putar dan ini ujian yang benar-benar membuat sayaharus lulus, karena saya nggak mau gagal saat itu. Karena enggak mau lagi harus ketemu lagi dengan ujian yang seperti ini," tuturnya melalui sambungan seluler.
Setelah Vanny dinyatakan lulus di seleksi Polda Riau, ia selanjutnya berangkat menuju Sekolah Polisi Wanita (Sepolwan) di Jakarta Selatan. Ternyata di sana kembali diseleksi dengan pesaing yang berasal dari seluruh daerah di Indonesia. "Saya pikir seleksinya hanya di Polda, dengan pesaing dari Provinsi Riau saja dan ternyata sampainya di Jakarta saya kembali lagi diseleksi dengan peserta dari seluruh Indonesia, dan alhamdulillah lulus berkat kerja keras dan doa orang tua," tambah Vanny.
Setelah lulus Sepolwan, Vanny kembali ke Provinsi Riau dan sudah menjadi abdi negara yang mengabdi di tanah kelahirannya sendiri yakni Kota Pekanbaru. Ia berdinas pertama kali sebagai Bintara Polsek Rumbai Pesisir dan Bintara Intelkam Polresta Pekanbaru. Pada tahun 2016 akhir, Vanny dipercayakan menjadi satu-satunya perwakilan Polwan di Indonesia untuk mengikuti konferensi Polwan se-dunia di Australia pada tahun 2016.
“Saya juga enggak tahu bagaimana cara Markas Besar (Mabes) Polri untuk bisa memilih saya. Namun mereka (Mabes Polri, red) mendukung saya untuk bergabung dikegiatan tersebut dan sayapun menerima serta mengkuti beberapa tes sebelum berangkat," jelas Vanny.
Ia mengatakan, sempat merasa tidak percaya diri karena satu-satunya bintara yang mengikuti kegiatan tersebut. Karena dukungan keluarga dan orang-orang terdekat, ia berhasil memberikan hasil tes terbaik untuk Polri, khususnya Polwan se-Indonesia.
Vanny yang awalnya memiliki cita-cita menjadi staf kepresidenan ini pada saat tamat SMA ia mencari kerja kedinasan seperti Polisi Republik Indonesia (Polri). Vanny lulus SMA pada bulan April 2014 dan langsung memulai pendidikan dan pada Bulan Desember sudah penutupan pendidikan disertai pelantikan yang artinya pada tahun yang sama ia sudah menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) golongan II A.
Ia memilih Polri karena peluang pendidikannya besar seperti saat lulus Sepolwan langsung diperbolehkan untuk kuliah dan kemudian mengambil jurusan Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Bahasa Inggris. "Awalnya banyak yang menentang saya mengambil FKIP Bahasa Inggris, karena sebaiknya Polisi itu mengambil jurusan hukum," kata Vanny.
Alasan Vanny mengamil FKIP Bahasa Inggris karena kegemarannya dengan dunia pendidikan. Di Polri-pun ada Sekolah Bahasa (Sebasa Polri di Jakarta). Seiring berjalan waktu, ia kembali diizinkan belajar di Negeri Tirai Bambu, China, untuk belajar Bahasa Mandarin melalui beasiswa HES yang diberikan langsung oleh Pemerintah Taiwan. Tak sampai disitu, seusai sekolah Mandarin di China iapun kembali belajar Bahasa Perancis di Institut Francais D’Indonesie (IFI) Jakarta.
Selain itu Vanny menambahkan alasannya untuk memilih Polri sebagai tempat ia mengabdi karena Polri bisa berdinas di kementerian-kementerian negara, dan perwakilan Negara Indoneisa yang berada di luar negeri.
Dengan berbagai modal pendidikan dan prestasi yang di dapatkan, Vanny mendapat kepercayaan untuk menjadi bagian dari Interpol dan United Nation (UN) Peacekeepres di Sudan Africa sebagai troops dan sehari-harinya menjalani piket jaga, patroli dan escort dari negara-negara lain dan misi-misi kemanusian lainnya.
“Sewaktu dinas di Interpol tahun 2017 saya pernah ikut operasi Opson yang menangani obat-obatan serta makanan yang kandungannya tidak sesuai standar. Dulu dalam operasi Opson itu pernah melakukan penyelidikan terhadap salah satu merek saus sambal terkenal, dan saat kita dalami ternyata tidak ada kandungan cabenya sama sekali di merek tersebut. Kami kemudian merekomendasikan ke pihak terkait untuk menutup pabrik tersebut," kenang Vanny.
Vanny mengatakan bahwa sangat bersyukur untuk lahir dan hidup Indonesia yang semuanya ada seperti air, makanan, pendidikan, rumah dan lain-lain, karena ia melihat kehidupan di Sudan sangat berbanding jauh di Indonesia. "Berdinas di dua organisasi besar dunia ini berbeda tipe dan perbedaannya 180 derajat, di Interpol semua nya sudah moderen dan canggih. Begitu juga di United Nation lebih sederhana dan intinya lebih bersyukur, di banding apa yang ada di negeri tanpa awan ini (Sudan, red)," papar Vanny.
Selama berdinas di Interpol dia belajar bersama teman-teman, agen-agen kenegaraan seperti CIA, FBI, MI6 dan lain-lain. Serta pernah terlibat pelatihan jenis-jenis bom yg benar-benar diluar nalar dirinya. Serta termasuk melakukan operasi di beberapa Negara Asia. Vanny sedikit memberi tips kepada anak muda Indonesia khusus nya anak muda yang berada di Kota Pekanbaru jika ingin mengikuti jejak keberhasilnnya yang bisa berdinas di UN saat ini. "Semuanya sama seperti daftar polisi, kita lakukan pendaftaran dan mengikuti beberapa tes dan penerbitan admintastrasi keberangkatan, seperti pass dinas, buku UN, dan vaksin. Serta masih banyak lagi, kuncinya harus bisa berbahasa asing minimal Bahasa Inggris serta memilik fisik yang prima karena disini cuacanya berbeda dengan Indonesia, disini panas dan berpasir," pesannya.
Lebih lanjut Vanny menjelaskan perbedaan Interpol dan UN dalam segi bahasa yang di butukan adalah Bahasa Inggris, Mandarin, Arab, Perancis, dan Spanyol. Untuk UN sendiri ditambah satu bahasa lagi yakni Bahasa Rusia. "Kalau kamu sudah menguasai ini in sha Allah aman, karena bahasa itu adalah jendela dunia. Jangan berikan orang lain menjadi remot hidupmu, kalau ada yang bilang kamu enggak akan sukses, ajari mereka arti kata kecewa, trust me nothing is impossible!" pungkas Vanny Marissa.(bay)
Laporan : Bayu Saputra (Pekanbaru)