PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Zaman sekarang, jamak kita jumpai pasangan suami istri yang menjalani biduk rumah tangga tapi terpisah oleh jarak. Mereka jarang bertemu baik karena alasan pekerjaan atau pendidikan.
’’Fenomena ini semakin banyak dijumpai karena kondisi zaman,’’ ungkap psikolog Suryantini Rahayu MA seperti diberitakan JPNN.
Kondisi itu disebut commuter marriage. Pasangan jenis ini harus punya upaya lebih besar mempertahankan pernikahan. Tantangan semakin rumit bila pasangan dikaruniai anak. Sosok ayah dan ibu seharusnya lengkap terpenuhi.
’’Usia 0-1 tahun adalah masa kritis pembentukan ikatan dengan ayah atau ibu. Mereka yang tidak tinggal bersama akan memiliki ikatan yang tidak sekuat ikatan dengan pasangan yang terlibat mengasuh sehari-hari,’’ ungkapnya. Akhirnya sebagai orangtua, akan selalu ada rasa bersalah yang membuat pola asuh tidak ”senada”.