.Menurut sebuah studi yang dilakukan di Dubai, India, serta di University of Pittsburg dan University of Michigan, Amerika Serikat, berteriak jauh lebih berbahaya daripada yang selama ini mungkin dipikirkan oleh para orangtua. Kebiasaan ini memberi pengaruh pada psikologis anak dan juga mempengaruhi hubungan antara orangtua dan anak.
Dr Deema Sihweil, psikolog klinis di Human Relations Institute & Clinics, Dubai, mengatakan, anak-anak mempersepsikan teriakan orangtua sebagai ancaman terhadap keamanan, keselamatan dan keyakinan dirinya. Faktanya, adrenalin mengalir dalam tubuh anak saat merasa takut, sehingga membatasi kemampuan berpikir pada anak.
Yang pasti, anak perlu tahu mengapa orangtua menaikkan nada bicaranya. Orangtua juga perlu membuat mereka menebus kesalahannya, dengan begitu mereka akan belajar mengakui kesalahan. Karenanya ketika menaikkan suara di depan anak, pastikan tidak merendahkan harga diri atau menghina si buah hati. Baru saat tenang berilah penjelasan ke anak mengapa orangtua marah. (nhk)