Industri kecil menengah (IKM) sulit berkembang. Keterbatasan modal usaha masih menjadi salah satu faktor utama. Bantuan dana dari pemerintah tidak pernah diterima para pengusaha kecil tersebut.
----------------------------------------------------
(RIAUPOS.CO) - Dani terlihat cukup sibuk dengan kegiatannya. Ia merupakan satu satu pemilik industri mi basah. Aktivitasnya tersebut memang sudah menjadi kegiatan rutin. Ia dibantu beberapa karyawan. Industri kecil miliknya yang berada di Kecamatan Marpoyan Damai itu terancam gulung tikar karena ada permasalahan keuangan.
Untuk meminta bantuan pemerintah setempat, ia sangat pesimis bisa berhasil. Mengingat beberapa tahusn sebelumnya ia pernah mengajukan proposal bantuan namun tidak ada tanggapan. Pengajuan dana lunak itu ia tujukan ke Dinas Perdagangan dan Perindustrian (DPP) Kota Pekanbaru.
“Kondisi ekonomi sekarang cukup sulit. Minta bantuan dana ke Dinas Perdagangan dan Perindustrian (DPP) tidak ada bantuan. Berjuang secara mandiri ya sulitnya karena dana ada kendala. Mau mengembangkan usaha juga sulit,” ungkap Dani kepada Riau Pos, Ahad (29/7).
Usaha mi basah sudah ia lakoni sejak tahun 2013 silam. Ia juga menceritakan masa jayanya dulu. Beberapa tahun silam, penghasilannya dalam sehari bisa mencapai Rp5 juta-Rp6 juta. Namun saat ini sudah berbeda. Untuk mendapatkan pendapatan sampai Rp1 juta saja sulit.
“Ada perubahan, misalnya dulu pesaing tidak banyak. Pelanggan sudah banyak ke pemasok mi lain. Kalau cerita masa dulu ya jauh bandingnya dengan sekarang tetapi ya disyukuri saja,” katanya.
Industri kecil pembuatan miebasah di Pekanbaru, disebutkan dia, jumlahnya sudah mencapai puluhan. Persaingan di antara mereka bukan di harganya saja, namun kualitas. Demi menjaga kualitas mi basah buatannya, Dani memutuskan tetap menggunakan bahan baku yang berkualitas.
“Dampaknya, modalnya lebih tinggi kalau pakai bahan bahan yang kualitas bagus. Tepung dan takaran telurnya. Kalau dikurangi Telurnya tentu tidak bagus. Harga telur juga sudah mahal sekarang. Kami bersaing dengan sekitar 25 pengusaha lain,” keluhnya.
Karena bahan-bahan yang mahal ia khawatir usahanya itu tidak bisa dilanjutkan kembali. Sementara pihak DPP Pekanbaru sendiri tidak mengalokasikan dana bantuan lunak bagi pelaku industri kecil. Namun demikian pemerintah tetap memberikan perhatian dengan merangkul para IKM di Pekanbaru.
“Kita tetap memberikan perhatian terhadap pelaku IKM. Salah satunya dengan pembinaan dan membantu menyalurkan produk industrinya agar bisa masuk swalayan dan bersaing,” ujar Kepala Bidang (Kabid) Industri DPP Pekanbaru Ilham Akbar.
Ia juga mengatakan bahwa pihaknya juga sudah menjalin kerja sama dengan beberapa ritel dan swalayan agar industri kecil lokal mendapat kesempatan.(gem)