Hujan Dua Jam, Jalan Banjir, dan Macet Parah

Pekanbaru | Rabu, 29 November 2023 - 09:19 WIB

Hujan Dua Jam, Jalan Banjir, dan Macet Parah
Kendaraan bermotor melintas di Jalan Ahmad Dahlan, Kecamatan Sukajadi yang tergenang banjir setelah diguyur hujan, Selasa (28/11/2023). Foto kanan, macet panjang kendaraan bermotor terjadi di Jalan HR Soebrantas akibat jalan tergenang banjir. (DEFIZAL / RIAUPOS.CO)

​​​​PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Suara klakson sepeda motor dan mobil saling bersahutan di sepanjang Jalan HR Soebrantas, Pekanbaru, Selasa (28/11). Pengendara terjebak macet akibat banjir yang menggenangi beberapa titik di jalan ini. Ya, antrean panjang terjadi mulai dari flyover Pasar Pagi Arengka hingga hingga depan Kampus Bina Widya Unri.

Hujan yang mengguyur Pekanbaru pada Senin (27/11) malam ditambah lagi hujan turun sekitar dua jam, Selasa (28/11) siang, membuat drainase induk di sepanjang Jalan HR Soebrantas meluber hingga ke jalan. Parit berukuran besar itu tak mampu menampung debit air hujan yang cukup banyak.


Alhasil, pengendara sepeda motor, mobil dan minibus harus hati-hati melintasi jalan. Bahkan tak jarang kendaraan mobil berhenti karena ragu-ragu melintasi jalan yang tergenang banjir tersebut. Antrean panjang pun kembali terulang di jalan ini. Macet parah terjadi.

“Setiap kali usai hujan pasti antre panjang seperti ini. Di sana ada yang tergenang banjir. Airnya meluap dari drainase. Jadi susah melintas,” ungkap Irwan salah seorang pengendara mobil yang terjebak macet di Jalan HR Soebrantas.

Hal senada diungkapkan Dewi. Warga Pekanbaru ini mau tak mau harus bersabar. Mobil yang dikendarainya hanya dapat berjalan lambat. Macet terjadi hingga di persimpangan Jalan Soekarno-Hatta. “Antrean panjang dari depan Kampus Unri, sudah hampir satu jam hanya bergerak lambat,” tambahnya. 

Ya, warga Kota Pekanbaru tampaknya memang harus bersiap menghadapi banjir hingga akhir Desember. Berdasarkan data Meteorologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Guswanto, hampir seluruh wilayah di Indonesia telah memasuki musim hujan periode 2023-2024. Sebanyak 69 Zona Musim (ZOM) diperkirakan mengalami hujan di atas normal, termasuk Riau

Sementara Pemerintah Kota (Pemko) Pekanbaru melalui Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mengatakan persoalan penanganan banjir di Kota Pekanbaru menjadi prioritas. Bahkan, sudah disiapkan anggaran hingga Rp5 miliar.

Anggaran tersebut meliputi perbaikan sejumlah titik seperti yang tertuang dalam masterplan penanganan banjir di Kota Pekanbaru. Sejumlah ruas jalan yang menjadi prioritas penanganan banjir di antaranya di Jalan HR Soebrantas atau Panam, Jalan Arifin Ahmad, dan Jalan Soekarno Hatta.

“Untuk yang di daerah Panam, kami mau kerja sama dengan Pemprov Riau untuk pengerukan. Kalau banjir yang di jalan-jalan itu banyak sedimen, ada juga karena drainasenya. Tahun depan kami fokuskan penanganan banjir ini,” ujar Kepala Dinas PUPR Kota Pekanbaru, Edward Riansyah.

Melihat kondisi banjir yang terjadi kemarin, anggaran hanya Rp5 miliar untuk mengatasi permasalahan banjir di Kota Pekanbaru dalam setahun mendapat cibiran. Berdasarkan rencana pengentasan banjir yang telah dirancang, Master Plan, anggaran Rp5 miliar sangat tidak signifikan. 

Hal ini disampaikan Pengamat Tata Kota Universitas Riau Dr Muhammad Ikhsan. ‘’Tidak signifikan dampaknya kalau cuma Rp5 miliar. Melihat parahnya banjir di Pekanbaru, seharusnya kalau mau optimal setahun itu Rp40 miliar,’’ sebut Ikhsan.

Dosen Pasca Sarjana Teknik Sipil Universitas Riau ini yang memahami betul kondisi banjir Kota Pekanbaru ini karena ikut merancang masterplan pengentasan banjir.

Iksan punya saran anggaran standar minimal. Setidaknya perlu biaya Rp20 miliar per tahun untuk mengatasi banjir. ‘’Kalau cuma Rp5 miliar terlalu sedikit dibanding permasalahan yang harus diatasi pada banjir di Kota Pekanbaru saat ini,’’ tegasnya.

Pada awal tahun lalu Ikhsan juga pernah menyampaikan, jika anggaran pengentasan banjir masih di bawah Rp30 miliar, apalagi cuma Rp5 miliar hingga Rp10 miliar, maka Pemerintah Kota (Pemko) Pekanbaru dianggap tidak serius. 

Idealnya, kata Ikhsan saat itu, bila banjir Pekanbaru ini ingin dituntaskan dalam waktu lima tahun ke depan maka sesuai masterplan yang telah dirancang diperlukan anggaran total Rp300 miliar. Jadi, setidaknya, perlu anggaran per tahun minimal Rp50 miliar. 

Bila cuma di bawah Rp30 miliar, menurutnya bakal akan habis untuk kegiatan rutinitas seperti pembersihan drainase saja. Penyelesaian pun akan sangat lambat.

‘’Pak Muflihun itu jabatannya cuma sampai 2024. Kalau mau cepat jangan bangun-bangun yang lain, fokus saja banjir ini dituntaskan. Keruk, bersihkan itu cepat. Modalnya alat berat penghancur beton, itu saja,’’ kata Ikhsan saat itu.

Puncak Musim Hujan Januari-Februari
Hampir seluruh wilayah di Indonesia telah memasuki musim hujan periode 2023-2024. Sebanyak 69 Zona Musim (ZOM) diperkirakan mengalami hujan di atas normal, termasuk Riau.

Deputi Bidang Meteorologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Guswanto menjelaskan, awal musim hujan di Indonesia memang tidak terjadi secara bersamaan. Hingga akhir Agustus 2023, beberapa ZOM sudah memasuki musim hujan. Yaitu, meliputi sebagian besar Aceh, sebagian besar Sumatera Utara, sebagian Riau, Sumatera Barat bagian tengah, dan sebagian kecil Kepulauan Riau.

Kemudian pada September-November, jumlah ZOM yang memasuki musim hujan pun semakin bertambah. Mulai dari Jambi, Jawa Tengah bagian selatan, sebagian besar Kalimantan Timur, sebagian besar Banten, Jakarta, Jawa Barat, sebagian besar Jawa Tengah, sebagian Jawa Timur, Bali, sebagian kecil Nusa Tenggara Barat (NTB), sebagian kecil Nusa Tenggara Timur (NTT), Sulawesi Utara, Gorontalo, , sebagian besar Sulawesi Selatan, Maluku Utara bagian utara, dan Papua Selatan bagian selatan.

Sementara, pada awal Desember, wilayah Jawa Timur bagian utara, sebagian besar NTB, sebagian besar NTT. sebagian besar Sulawesi Tenggara, dan Maluku akan mengikuti wilayah-wilayah lainnya. ”Awal musim hujan 2023-2024 umumnya pada bulan Oktober-Desember 2023 di 477 ZOM,” ujarnya, Ahad (28/11).

Pada musim hujan tahun ini, Fenomena EI Nino diprediksi berlangsung hingga Februari 2024. Namun sifatnya moderat.  Karenanya, sifat hujan pada periode musim hujan 2023/2024 diprakirakan normal di sebagian besar wilayah. Diperkirakan ada 566 ZOM (80,97 persen) yang hujannya bersifat normal. Kemudian, 69 ZOM (9,9 persen) di atas normal dan 64 ZOM (9,16 persen) di bawah normal.

Wilayah yang mengalami hujan di atas normal ini antara lain meliputi Aceh bagian selatan, Sumatera Utara bagian utara, Riau bagian utara, Sumatera Barat bagian selatan, Jambi bagian Utara, Bengkulu bagian utara, Sumatera Selatan bagian barat, Banten bagian selatan, Sulawesi Tengah bagian selatan, dan Sulawesi Tenggara bagian selatan.

Sementara, wilayah yang mengalami hujan di bawah normal di antaranya, sebagian kecil Sumatera Utara, Lampung bagian selatan, sebagian sebagian kecil Banten, kecil Jawa Barat, Jawa Tengah bagian timur, Jawa Timur bagian selatan, sebagian Kalimantan Barat, sebagian NTT, Sulawesi Tengah bagian utara, Papua Barat bagian selatan, dan Papua bagian barat. ”Puncak Musim Hujan sendiri diperkirakan pada Januari-Februari 2024 di 385 ZOM,” ungkapnya.

Selain itu, dalam perkembangan kondisi cuaca dan iklim, BMKG turut memonitor adanya adanya signifikansi dinamika atmosfer yang dapat berdampak pada potensi peningkatan curah hujan di sejumlah wilayah di Indonesia.

Baru-baru ini, terdeteksi adanya Fenomena Madden Julian Oscillation (MJO) yang saat ini mulai memasuki wilayah Indonesia bagian barat dan diprediksikan dapat terus aktif di sekitar wilayah Indonesia. ”Fenomena ini diprediksi terjadi hingga periode dasarian pertama Desember 2023 dan dapat berkontribusi pada peningkatan pertumbuhan awan hujan di wilayah Indonesia,” jelasnya.

Terdeteksi pula gelombang Equatorial Rossby (ER) yang terpantau aktif di sebagian wilayah Indonesia, terutama  di bagian tengah dan timur. Fenomena ini diperkirakan bahal terjadi hingga periode akhir Dasarian III November 2023. Lalu, terjadi penguatan monsun Asia yang terlihat dari adanya indikasi penguatan angin lapisan atas dari wilayah Laut Cina Selatan hingga lebih dari 25 knot (47 km/jam).

Munculnya Bibit Siklon Tropis 99W di Laut Natuna Utara dan Sirkulasi Siklonik di barat Sumatra dan Selat Karimata juga telah memicu pembentukan daerah pertemuan dan perlambatan angin. Memiliki kecepatan angin maksimum hingga 20 knot (37 km/jam) dan tekanan udara mencapai 1006 hPa, bibit siklon ini diketahui bergerak ke arah Barat. (ilo/end/ mia/dee/jpg)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook