PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Kesturi mati karena wanginya. Pepatah tersebut rasanya cocok menggambarkan kasih sayang orangtua yang berlebihan kepada anak. Dengan alasan sayang, mereka memberikan sepeda motor untuk anaknya yang belum memiliki SIM. Tak jarang hal tersebut malah mengantar sang anak menemui ajalnya di jalan raya.
Siang itu, Rabu (27/1) beberapa pelajar SMP tampak dengan berani mengendarai sepeda motor yang ukurannya lebih besar dari badannya di Jalan Hang Tuah Ujung. Tak ada raut ketakutan atau cemas di wajahnya. Mereka bahkan tampak tertawa dan asyik ngobrol dengan nada yang keras tanpa mempedulikan kendaraan di sekitar mereka.
Pemandangan tersebut rasanya tak asing lagi ditemui di berbagai sudut jalanan Kota Pekanbaru. Anak belum cukup umur lalu-lalang mengendarai sepeda motor. Tanpa SIM, bahkan tanpa helm. Terlebih di jam-jam masuk dan pulang sekolah. Padahal, pihak sekolah sebenarnya telah melarang siswanya membawa kendaraan bermotor sendiri ke sekolah. Namun dengan berbagai alasan, mereka tetap memilih untuk membawa si kuda besi menuju sekolah.
Salah satunya adalah Fauzan. Pelajar tersebut mengaku membawa sepeda motor karena jarak rumah menuju sekolah cukup jauh. ”Dari rumah saya menuju sekolah jaraknya sekitar 10 kilometer. Rumah saya di Kulim, sementara sekolah di kota. Karena tidak ada yang bisa mengantar jemput, makanya orangtua mengizinkan membawa motor ke sekolah,” ungkapnya.