Jangan Lihat dengan Mata Telanjang

Pekanbaru | Kamis, 26 Desember 2019 - 10:29 WIB

Jangan Lihat dengan Mata Telanjang
FOTO BERSAMA: Rombongan liputan Media Gerhana Matahari Cincin foto bersama di Graha Pena Riau sebelum bertolak ke Kabupaten Siak, Rabu (25/12/2019). (MHD AKHWAN/Riau Pos.)

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) -- GERHANA matahari adalah kejadian langka. Rata-rata, suatu gerhana matahari total terjadi setiap 18 bulan sekali di suatu tempat di bumi, tetapi untuk tempat yang sama diperkirakan hanya terjadi rata-rata setiap 360 hingga 410 tahun

Peristiwa langka akan terjadi hari ini (26/12). Yakni Gerhana Matahari Cincin (GMC) pada pukul 12.00 WIB. Salah satu titik terbaik untuk mengamati fenomena alam ini berada di Riau. Tepatnya di Kampung Bunsur, Kecamatan Sungai Apit, Kabupaten Siak


Hal ini tentu saja jadi sebuah berkah bagi warga di sekitar Kampung Lalang, Kampung Bunsur, dan Mengkapan, Siak. Gerhana akan melintasi kampung mereka dan hanya akan terulang 375 tahun lagi. Menurut data yang dirilis Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) sejumlah wilayah di Indonesia akan dilintasi GMC ini seperti Aceh, Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur. Namun LAPAN menetapkan dan menjadikan lokasi di Siak ini menjadi tempat terbaik untuk mengamati gerhana ini. 

Gubernur Riau Drs H Syamsuar MSi sejak awal tahun ini, sudah mencanangkan kejadian ini untuk dijadikan momentum bagi warga Siak. Bahkan internasional untuk menjadikannya sebagai event yang sarat dengan teknologi, pariwisata, dan keagamaan.

Nah, bagaimana gerhana ini akan terjadi? Ini disebabkan posisi bulan berada di antara matahari dan bumi. GMC adalah salah satu jenis gerhana matahari. Kejadian GMC muncul ketika piringan bulan tampak sedikit lebih kecil dari ukuran piringan matahari. Oleh sebab itu, saat fase puncak GMC terjadi, bagian pinggir matahari terlihat seperti cincin besar di angkasa. Fase puncak berlangsung di saat posisi bulan sedang berada pada titik paling jauh di lintasan kelilingnya terhadap bumi. Lintasan itu tidak berbentuk lingkaran melainkan elips. 

GMC seri Saros 132 terakhir melintasi kawasan di Indonesia pada 23 November 1965. Adapun untuk Gerhana Matahari Total (GMT) sudah melintasi wilayah Indonesia sebanyak 6 kali sejak tahun 1945. Termasuk pada 9 Maret 2016 lalu. Waktu terbaik untuk mengamati fenomena ini, atau saat fase puncak GMC tersebut adalah pukul 12.15 WIB sampai 12.19 WIB hari ini atau sekitar tiga menit lebih. Sebelum masuk fase puncak, akan terjadi tahap Gerhana Matahari Sebagian (GMS) dimulai pukul 10.22 WIB. Sedangkan setelah fase puncak, juga akan muncul GMS yang berakhir pukul 14.13 WIB. 

Saat fenomena ini terjadi, 94 persen piringan matahari akan tertutup piringan bulan. Namun, bolehkah melihat GMC dengan mata telanjang? Peneliti muda Pusat Sains Antarikasa LAPAN M Zamzam Nurzaman menyampaikan, pengamatan langsung ke arah matahari tanpa alat bantu tidak boleh dilakukan karena hal itu dapat mengakibatkan kerusakan hingga kebutaan mata. Untuk pengamatan GMC, dapat disediakan kacamata khusus matahari untuk mengamati secara aman fenomena alam ini. “Seluruh proses gerhana, mulai dari gerhana matahari sebagian hingga puncak GMC dapat diamati jika cuaca mendukung,” ujar Zamzam.

Untuk menghindari kerusakan mata, ujarnya, pengamatan gerhana matahari sebagian dan cincin (termasuk gerhana sebagian yang terjadi sebelum dan sesudah gerhana total) memerlukan alat pelindung mata atau metode pengamatan tidak langsung. Pelindung mata dilakukan dengan filter yang dirancang khusus untuk menghalangi radiasi berbahaya dari matahari. Kacamata hitam biasa atau alat-alat rumah biasanya tidak cukup untuk tujuan ini. 

Cara yang lebih aman untuk mengamati gerhana adalah pengamatan tidak langsung. Hal ini dapat dilakukan dengan memproyeksikan citra matahari ke sebuah layar, misalnya sebuah kertas putih. Hal ini dapat dilakukan dengan menempatkan sepotong kardus dengan lubang kecil (berdiameter 1mm) di antara matahari dan layar, alat ini disebut kamera lubang jarum. Selain kamera lubang jarum, dapat digunakan teleskop kecil atau teropong yang dapat memperbesar proyeksi matahari di layar.

Festival GMC digelar di Siak pada 24-26 Desember 2019. Selama festival ini berlangsung ada mini planetarium, bimtek komunikasi satelit LAPAN A2/ORARI, talkshow seputar fenomena GMC, pameran hasil litbang LAPAN, dan sosialisasi ke beberapa sekolah dan perguruan tinggi. Selain itu, LAPAN bersama Kemristekdikti akan mengadakan workshop teropong lubang jarum untuk 100 peserta, pameran fotografi gerhana matahari, dan kamera obscura, selama ferstival tersebut.

Pemkab Siak menyatakan sudah menyediakan anggaran khusus untuk mendukung event ini. Festival akan diadakan di dua titik di Siak, yaitu Kampung Bunsur dan Kota Siak, Sri Indrapura, tepatnya di Taman Tengku Agung, dan Water Front City. 

"GMC ini momentum yang sangat langka dan luar biasa. Melalui GMC ini bagaimana Siak bisa dikenal secara luas, serta mendatangkan manfaat, baik bagi daerah maupun masyarakat. Sehingga Siak dikenal orang," sebut Bupati Siak Alfedri yang juga pernah menjadi Camat Sungai Apit di era 90-an.

Rasa Syukur dengan Salat Gerhana 

Untuk memaknai Gerhana Matahari Cincin (GMC) ini lebih spiritual, Pemkab Siak, membuat beragam kegiatan di Kampung Bunsur maupun di Kota Siak Sriindrapura. Festival GMC akan dilakukan 24-26 Desember 2019. Sebagai kota yang lekat dengan nilai-nilai spiritual, maka Bupati Siak Drs H Alfedri Msi, sudah jauh-jauh hari akan melakukan kegiatan keagamaan saat peristiwa itu berlangsung seperti Salat Gerhana, Tablig Akbar, Muhasabah, dan Zikir Bersama. 

"Kita ingin, momen ini dijadikan sebagai rasa mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT. Peristiwa langka ini bisa disaksikan dengan sempurna di Kabupaten Siak dan masyarakat juga merasakan sisi lain dari gerhana ini," jelasnya saat mengunjungi redaksi Riau Pos beberapa waktu lalu.

Salat Gerhana ini akan dilakukan di lapangan di Kampung Bunsur, dan juga diharapkan untuk dilakukan di masjid dan musala se-Kabupaten Siak. Salat Gerhana dikerjakan dua rakaat dengan empat sujud ini, hukumnya sunnah muakkad. Umat Islam dianjurkan untuk mengerjakan salat sunnah dua rakaat atau disebut juga dengan salat sunnah khusuf. Hukum salat ini sunnah muakkad. Yaitu dianjurkan untuk dilaksanakan tapi tidak diwajibkan.(wik/rir/ted)

Laporan TIM RIAU POS, Pekanbaru
 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook