"Semua larangan atau pantangan ini boleh dipercaya boleh tidak, tergantung pada pribadi masing-masing. Tapi sebagian masih dipercayai masyarakat Tionghoa pada umumnya. Namun sebagian lagi sudah tidak terlalu ditaati karena perkembangan zaman dan era globalisasi terutama bagi generasi muda, seperti berpakaian warna hitam dan putih dan potong kuku," kata dia.
Dijelaskan Ketjing, larangan dan pantangan dalam merayakan Tahun Baru Imlek di antaranya, minum obat pada hari pertama di tahun baru sangat dilarang karena itu artinya seseorang akan sakit sepanjang tahun. Kemudian, makan bubur untuk sarapan dianggap sebagai makanan orang miskin. Oleh karena itulah bubur dilarang dimakan sebagai sarapan pada hari pertama tahun baru agar orang tidak memulai tahun baru ini sebagai orang miskin.
Larangan lainnya adalah mencuci pakaian. Orang Tionghoa tidak akan mencuci baju pada hari pertama dan kedua tahun baru. Mengapa demikian? Karena dua hari pertama di tahun baru merupakan perayaan lahirnya Shuishen (Dewa Air), bahkan, mencuci pakaian juga dianggap menghilangkan keberuntungan yang sudah mereka dapatkan sepanjang tahun yang sudah lewat.
Mencuci rambut juga dilarang pada hari pertama tahun baru. Dalam bahasa orang Tionghoa, kata yang berarti "rambut" memiliki pengucapan dan karakter yang mirip ‘fa’ dalam facai yang berarti "menjadi makmur". Oleh karena itu mencuci rambut dianggap akan "menghilangkan keberuntungan" pada awal tahun baru.
Menggunakan benda tajam seperti pisau dan gunting juga dilarang untuk digunakan agar menghindari terjadinya kecelakaan. Kecelakaan adalah tanda sial bagi orang Tionghoa. Kecelakaan pada awal tahun bisa menjadi pertanda ketidakberuntungan di sepanjang tahun yang baru.
Selain itu, bagi masyarakat Tionghoa, seorang wanita sebaiknya tidak meninggalkan rumahnya. Jika melanggar, dia akan tertimpa nasib buruk sepanjang tahun. Seorang anak perempuan yang sudah menikah tidak diperbolehkan mengunjungi rumah orang tuanya karena hal itu dipercaya bisa membawa nasib buruk bagi kedua orang tuanya.
Orang Tionghoa juga tidak akan menyapu rumahnya pada awal tahun baru. Membersihkan rumah menggunakan sapu dipercaya akan menyapu rezeki sepanjang tahun. Oleh karena itulah mereka tidak akan menyapu pada hari pertama tahun baru.
Selain itu, Orang Tionghoa juga menganggap tangis bayi akan membawa nasib buruk bagi seluruh anggota keluarga. Oleh karena itulah pada hari pertama tahun baru ini mereka berusaha sebisa mungkin agar bayi dalam keluarga itu tidak akan menangis sedetik pun. Membeli buku dan sepatu juga dilarang di hari-hari pertama festival karena lafal kedua kata itu secara bunyi mirip dengan kata "kalah" dan "jahat" dalam bahasa Mandarin dan Kanton.
Orang Tionghoa juga tidak akan memberikan pinjaman uang pada hari pertama tahun baru. Dan semua utang seharusnya sudah dibayar menjelang perayaan tahun baru. Jika seseorang meminjam uang kepada orang lain di tahun lalu, jangan pergi ke rumahnya untuk menagih utang.
Orang yang menagih utang pada hari pertama tahun baru akan mendapat celaka sepanjang tahun. Kotak tempat penyimpanan beras juga tidak boleh dibiarkan kosong pada hari pertama tahun baru. Kotak beras yang kosong akan membuat pemiliknya cemas karena dianggap sebagai pertanda buruk untuk tahun yang baru.
Bukan itu saja, terdapat larangan bagi mereka yang sedang sakit. Bagi mereka yang sedang sakit harus tetap menerima tamu di ruang keluarga. Membunuh binatang, atau darahnya dianggap sebagai pertanda buruk yang akan membawa nasib buruk. Oleh karena itu orang Tionghoa tidak akan membunuh binatang pada tahun baru. Pisau dan gunting yang bisa menyebabkan luka pun harus disingkirkan untuk menghindari terjadinya kecelakaan.
Menggunakan baju hitam putih juga dilarang. Dua warna itu secara tradisional dianggap sebagai pertanda duka. Orang Tionghoa akan menggunakan pakaian warna-warni pada hari pertama di tahun baru untuk menunjukkan keceriaan. Bahkan, orang Tionghoa dilarang memberikan hadiah berupa jam, gunting, atau buah pir. Semua benda itu dipercaya mempunyai arti yang buruk dalam kebudayaan Tionghoa. Menceritakan hal yang buruk juga dilarang. Setiap orang yang merayakan Imlek sebaiknya jangan bercerita tentang kesedihan dan kematian, karena itu akan dianggap bermakna buruk dan sial. (ayi/fad/wir)