Stok Tahu dan Tempe Aman

Pekanbaru | Rabu, 23 Februari 2022 - 08:16 WIB

Stok Tahu dan Tempe Aman
Pedagang tahu dan tempe berjualan di Pasar Cik Puan, Jalan Tuanku Tambusai, Selasa (22/2/2022). Meski tidak mengalami kenaikan harga, namun ukuran tahu dan tempe mengalami perubahan lebih kecil. (EVAN GUNANZAR/RIAUPOS.CO)

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Meski terjadi kenaikan harga kacang kedelai impor, persediaan tahu dan tempe di pasar-pasar tradisional masih tersedia dan jumlahnya cukup banyak.

Untuk diketahui, harga kacang kedelai impor saat ini berkisar Rp12 ribu per kilogram (kg). Di beberapa daerah di Indonesia, pengrajin mulai mengurangi produksi tahu dan tempe untuk mengurangi kerugian.


Pantauan Riau Pos, Selasa (22/2) di dua pasar tradisional di Kota Pekanbaru yaitu di Pasar Cik Puan, Jalan Tuanku Tambusai dan Pasar Pagi Dupa, Jalan Jenderal Sudirman, tampak stok produk olahan kacang kedelai seperti tempe dan tahu masih tersedia di lapak penjual.

Meskipun terdapat beberapa perbedaan baik dalam segi harga maupun ukuran, namun masyarakat masih tetap membeli tahu dan juga tempe kepada para pedagang.

Salah seorang pedagang tahu dan tempe di Pasar Cik Puan bernama Nur mengaku, sudah selama sepekan terakhir dirinya menaikkan harga jual tahu dan tempat. Pasalnya, dari tingkat pengrajin tahu dan tempe, harga jual kepada para pedagang juga mengalami kenaikan dan pengecilan ukuran.

Dikatakannya, biasanya pedagang membeli tahu satu ember seharga Rp48.000. Kini naik menjadi Rp55. 000 per ember. Hal ini dilakukan guna meminimalisir kerugian yang dialami para pengrajin dan para pedagang tahu serta tempe di pasar tradisional.

"Untuk tahu harganya dinaikkan sedikit. Biasanya Rp5.000 itu dapat 10 potong tahu, tapi sekarang jadinya Rp6.000. Tempe juga segitu biasanya saya juga Rp5. 000 satu papan sekarang naik jadi Rp6.000," kata dia.

Hal yang senada juga diungkapkan oleh Masnah, pedagang tahu dan tempe di Pasar Dupa. Menurutnya, untuk harga jual dirinya belum berani melakukan kenaikan kepada para konsumen, karena melihat penjualan selama pandemi ini mengalami penurunan cukup drastis.

Apalagi semenjak banyaknya Pasar kaget yang dibiarkan menjamur di sejumlah tempat, membuat para pedagang kebingungan untuk menaikkan harga jual meskipun harus menekan modal yang dikeluarkan.

"Kalau untuk modal terpaksa kami tekan dan jumlah pembelian ke pengrajin juga kami kurangi. Kami tidak mau malah jualan tak mendapatkan untung sama sekali. Tapi kalau tidak dijual tahu dan tempe ini masih banyak yang mencari karena harganya yang murah," jelasnya.

Dirinya berharap pemerintah bisa segera mengambil sikap atas kenaikan harga kedelai yang terjadi saat ini. Sehingga tidak ada pengrajin tahu dan tempe yang melakukan aksi mogok produksi tahu dan tempe seperti di beberapa kota lainnya.

Sementara itu, salah seorang pembeli Era mengaku kecewa jika para pedagang sampai mengecilkan ukuran tempe dan juga tahu yang dijual kepada masyarakat. Apalagi, masyarakat yang berada di ekonomi menengah ke bawah hanya mampu menikmati tempe serta tahu untuk mencukupi nutrisinya setiap hari di era ekonomi yang semakin sulit seperti sekarang ini.

"Ya kalau bisa harganya tetap normal dan ukurannya juga normal. Kalau makin dikecilkan sama saja kita tidak bisa menikmati tahu dan tempe lagi," kata dia.(ayi)

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook