Umat Hindu di Pekanbaru Arak Ogoh-Ogoh

Pekanbaru | Rabu, 22 Maret 2023 - 12:31 WIB

Umat Hindu di Pekanbaru Arak Ogoh-Ogoh
Umat Hindu mengarak ogoh-ogoh di Kawasan Kota Pekanbaru, Riau, Selasa (21/3/2023). Umat Hindu menyelenggarakan pawai ogoh-ogoh dalam rangka memperingati Hari Suci Nyepi Tahun Baru Saka 1945. (MHD AKHWAN/RIAU POS)

Pekanbaru (RIAUPOS.CO) - Menyambut Hari Suci Nyepi, umat Hindu melaksanakan Tawur Agung Kesanga dalam rangka menyambut Tahun Baru Saka 1945. Pelaksanaan Tawur Agung Kesanga Nasional 2023 digelar di pelataran Candi Prambanan, Sleman, Selasa (21/3).

Di Riau, tepatnya di Kota Pekanbaru, ratusan umat Hindu di Kota Pekanbaru kembali mengarak ogoh-ogoh di Pura Agung Jagatnatha Jalan Rawa Mulya, Selasa (21/3). Pantauan Riau Pos, sebelum melakukan arak-arakan ogoh-ogoh ribuan umat Hindu, baik orang dewasa maupun juga anak-anak melakukan ritual berdoa di depan Pura Agung Jagatnatha Pekanbaru.


Tepat matahari mulai terbenam ogoh-ogoh langsung diarak mengelilingi jalan protokol di Kota Pekanbaru yaitu dari Jalan Rawa Mulya menuju Jalan Jenderal Sudirman hingga ke Jalan Arifin Ahmad. Namun tepat di Simpang Tiga Bandara SSK II Pekanbaru, ogoh-ogoh yang diarak melakukan prosesi memutar sebanyak tiga kali serta diiringi dengan suara musik gamelan dan teriakan dari para umat Hindu yang diangkat kurang lebih 20 orang pemuda Hindu.

Setelah sampai di Jalan Rawa Mulya, patung ogoh-ogoh tersebut langsung dibakar dan disaksikan langsung oleh ribuan umat Hindu yang akan melakukan Nyepi pada, Rabu (22/3) hari ini.

Pembinaan Agama Hindu Kemenangan Riau Kawit SAG mengatakan, dalam rangka Nyepi mereka melakukan Melasti atau kesucian diri pada 19 Maret 2023  dilakukan di Danau Wisata Bandar Khayangan Lembah Sari, Rumbai.

Prosesi ini juga diikuti dengan pembersihan seluruh peralatan upacara sembahyang agar dalam melakukan Nyepi diberikan kesucian lahir dan batin. “Semua harus dibersihkan agar saat kita mengikuti rangkaian upacara sembahyang tapaberata Nyepi diri kita sudah siap lahir batin,” katanya.

Lanjut Kawit, sehari jelang perayaan Nyepi umat Hindu di Pekanbaru juga melakukan tradisi Taur Kesanga. ‘’Ibadah hari ini (kemarin, red) merupakan satu rangkaian dari Hari Raya Nyepi yaitu Taur Agung Kesanga yang juga merupakan tanda ungkapan rasa syukur kepada Tuhan dalam satu tahun ini beraktivitas di dunia sehingga saling menjaga keselarasan kehidupan.’’ ujarnya.

Menurut Kawit, dalam kontek ajaran Hindu dikenal istilah Tri Hita. Yakni bagaimana manusia menyelaraskan hubungan dengan Tuhan, hubungan sesama manusia dan hubungan dengan alam semesta. “Hubungan Tri Hita Karana harus senantiasa kita jaga agar kehidupan di dunia ini selalu tetap harmonis,” tuturnya.

Sementara itu, lanjut Kawit pada malam harinya dilaksanakan upacara pengerupukan yang mana merupakan tradisi yang masih bertahan di Kota Pekanbaru. Pada saat pengerupukan akan ada banyak ogoh-ogoh yang turun ke jalan, namun untuk di Pekanbaru ogoh-ogoh yang diarak hanya satu.

Ogoh-ogoh adalah karya seni patung dalam kebudayaan Bali yang menggambarkan kepribadian Bhuta Kala. Bhuta Kala merepresentasikan kekuatan (Bhu) alam semesta dan waktu (Kala) yang tak terukur dan tak terbantahkan.

Ogoh-ogoh melambangkan elemen buruk yang harus dihancurkan dan membawa kembali unsur yang baik untuk lingkungan. Bentuk dan sosok ogoh-ogoh biasanya berukuran besar dan berbentuk menakutkan untuk menggambarkan sifat buruk yang ada di dunia.

Ogoh-ogoh di arak keliling desa dengan membawa obor dan diiringi gamelan bleganjur. Belakangan ini ogoh-ogoh mengalami transformasi menyesuaikan jaman yaitu mulai memakai mesin sehingga badan ogoh-ogoh bisa digerakkan.

“Arak-arakan tersebut adalah sebagai simbol agar roh-roh jahat tidak mengganggu para masyarakat Hindu yang juga memiliki makna untuk membersihkan alam, bersih dari umat Hindu,” ungkapnya.

Sementara itu, di keesok harinya Tahun Baru Saka umat Hindu di Pekanbaru akan dimulai dengan menyepi. Di mana semua aktivitas dan kegiatan ditiadakan. Pada hari Raya Nyepi umat Hindu melaksanakan Catur Brata atau penyepian yang terdiri dari amati geni yaitu tiada berapi-api atau tidak menggunakan dan atau menghidupkan api serta memasak. Proses Nyepi dimulai pukul 6 pagi hingga 24 jam kemudian. Nyepi juga memberikan dampak positif pada lingkungan.(ayi)

Sementara itu, Pengurus Pure Agung Jagatnatha Pekanbaru Inengah Tantra menjelaskan selama tiga tahun pandemi Covid-19 berlangsung di Pekanbaru pihaknya hanya melakukan pembakaran ogoh-ogoh di sekitar pure saja tanpa dilakukan kegiatan pawai obor seperti tahun-tahun sebelumnya.

Namun tahun ini, perayaan Nyepi lebih semarak dengan kegiatan pawai obor dan ogoh-ogoh dapat dilakukan kembali di Kota Pekanbaru. “Tiga tahun kami nggak buat acara. Sekarang kami buat lagi dengan suasana yang lebih meriah,”tegasnya.(ayi)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook