PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Jelang perayaan Natal dan tahun baru (Nataru) 2022 masyarakat di Kota Pekanbaru terus mengeluhkan kenaikan harga bahan pokok yang melambung tinggi.
Pantauan Riau Pos, Rabu (17/11) di Pasar Dupa tampak kenaikan harga mulai terjadi pada minyak goreng dan minyak goreng curah. Di mana biasanya minyak goreng hanya dijual seharga Rp14 ribu per liter nya, kini sudah naik menjadi Rp19. 000 per liter.
Begitu pula dengan minyak goreng curah yang biasanya dijual seharga Rp13. 000 per kilogram, kini naik menjadi Rp18. 000 per kilogram nya.
Gula putih curah juga mengalami kenaikan harga berkisar Rp1.000 hingga Rp2.000 per kilogram nya. Di mana sebelumnya dijual Rp12. 000 per kilogram kini naik menjadi Rp14.000 per kilogram.
Tak hanya itu, cabe merah juga mengalami kenaikan harga yang cukup signifikan dari yang semula berkisar hanya Rp35. 000 per kilogram nya, kini naik menjadi Rp60.000 per kilogram, sedangkan ayam potong juga mengalami kenaikan berkisar Rp2.000 hingga Rp3.000 per kilogram nya.
Salah sorang pedagang Rizali mengaku, kenaikan harga cabe merah dipasar tradisional terjadi selama hampir sebulan terakhir. Kenaikan terjadi akibat penurunan pasokan cabe merah dari Sumatera Barat dan pulau Jawa sehingga membuat stok cabe berkurang di pasaran.
"Naiknya tak langsung. Tapi bertahap. Karena di sana sudah mulai musim hujan jadi cabe banyak yang busuk, sedangkan permintaan masih banyak," kata dia.
Hal yang sama juga dikeluhkan oleh Femi salah seorang pembeli. Dirinya mengaku kenaikan sejumlah harga bahan pokok seperti cabe merah, dan minyak goreng sudah sangat memberatkan masyarakat menengah ke bawah yang kini masih kesulitan untuk menstabilkan perekonomian mereka yang terdampak pandemi Covid-19.
"Susah belanja sekarang. Semuanya mahal. Saya berharap pemerintah segera turun tangan jangan sampai masyarakat yang menjadi korban karena sulit membeli bahan kebutuhan pokok," harapnya.
Antisipasi Kenaikan Harga Sembako
Disperindag Kota Pekanbaru diminta untuk dapat mengantisipasi bakal terjadi kenaikan harga sembako di pasar-pasar yang ada di Pekanbaru.
Disebutkan anggota Komisi II, Sri Rubianti, kondisi ini sangat mungkin terjadi menjelang perayaan Natal dan tahun baru. Apalagi Pekanbaru merupakan bukan penghasil sembako, melainkan datang dari luar Pekanbaru.
Berdasarkan keluhan masyarakat, hampir semua jenis komoditi mulai merangkak naik, sehingga kehadiran pemerintah sangat diperlukan untuk mengontrol harganya, apalagi saat ekonomi sedang mulai tumbuh.
"Jika melihat kondisi sekarang ini, pemerintah tidak bisa tinggal diam. Disperindag kita minta turun ke lapangan dan juga menggelar operasi pasar," saran Sri Rubianti kepada wartawan, Rabu (17/11).
Ditegaskan politisi Gerindra ini, dengan melonjaknya harga beberapa kebutuhan bahan pokok dipastikan akan menimbulkan keresahan bagi masyarakat, apalagi saat ini kondisi perekonomian masyarakat belum stabil di tengah pandemi Covid-19, dan untuk status PPKM Pekanbaru masih di level 2.
Ditegaskannya lagi, Disperindag bersama distributor untuk dapat mengontrol harga pasar, terutama harga kebutuhan pokok harian masyarakat.
Hal yang paling mungkin dapat dilakukan Disperindag ialah dengan melakukan langkah antisipasi, mengawasi pasokan bahan pokok dari provinsi tetangga Sumatera Barat dan Sumatera Utara, dan juga dapat mengambil sikap tegas kepada spekulan yang memanfaatkan situasi.
"Tidak bisa dipungkiri, kondisi seperti ini terjadi setiap tahun jelang akhir tahun. Bukan hanya di Pekanbaru, tetapi hampir seluruh wilayah di Indonesia. Makanya, kami minta OPD terkait harus mencarikan solusi konkritnya. Karena masalah ini setiap tahun terjadi," sebutnya.
Dia juga mengharapkan, agar Disperindag melakukan sidak ke pasar tradisional atau ke distributor, serta melakukan pengecekan stok bahan pokok. Stok bahan pokok ini juga harus bisa dijaga.
"Pastikan harga sembako stabil atau paling tidak sesuai dengan harga yang ditetapkan. Jangan sampai memberatkan masyarakat," harapnya.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (DPP) Kota Pekanbaru, Ingot Ahmad Hutasuhut mengaku, pihaknya saat ini terus melakukan koordinasi dengan pihak terkait sebagai upaya mengantisipasi kenaikan harga komoditas pangan.
"Kami tengah koordinasi bersama bulog dan daerah penghasil untuk menyikapi masalah ini," kata dia.
Meskipun begitu dikatakan Ingot, pihaknya bersama tim saat ini belum mendapati adanya ulah spekulan atau penimbunan dalam kenaikan harga komoditi pangan. Mereka juga sudah melakukan pemeriksaan di sejumlah titik gudang penyimpanan
Ia tak menampik bila saat ini harga sejumlah bahan pokok di pasaran tengah mengalami kenaikan, seiring dengan kenaikan barang produksi pangan.
"Persoalan kenaikan harga komoditi pangan ini terjadi karena berbagai faktor. Ini terjadi karena adanya kenaikan harga TBS naik, sehingga berdampak pada produk turunan sawit seperti minyak goreng. Sedangkan kenaikan harga cabe merah karena faktor cuaca. Saat ini sedang musim penghujan sehingga panen di wilayah penghasil agak terganggu," tegasnya.(lim)
Laporan PRAPTI DWI LESTARI dan AGUSTIAR, Kota