PEKANBARU (RIAUPOS.CO) -- Sri Purnama membatalkan keberangkatan haji ke tanah suci Makkah al Mukaromah. Terpaksa dan sedih pun dirasakan. Namun bagaimana lagi. Tak dapat melunasi biaya haji, usaha keluarga hancur berantakan akibat pandemi covid 19.
Sekitar pukul 9.00 WIB, ia sudah tiba di kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kota Pekanbaru, bersama suaminya. Petugs di meja pelayanan yang pertama kali ia temui. Petugas mengarahkan ke ruangan penyelenggaraan haji dan umrah. Dia memegang beberapa kertas yang memuat keterangan pembatalan keberangkatan haji.
Kedatangan Sri Purnama disambut Kasi Penyelenggaraan Haji dan Umrah Haryati SE ME Sy AK di ruang kerjanya, Jumat (16/9). Sembari memegang berkas yang berlembar lembar kertas itu, Sri Purnama awalnya menjabat tangan dan sejenak menjelaskan kedatangannya itu kepada Haryati. Dengan suara cukup pelan dan tertahan sedikit seperti ada beban dipikiran, ia mengatakatan bahwa ingin membatalkan keberangkatan haji.
"Kita ingin mengajukan atau meminta surat pembatalan keberangkatan. Ya semoga ada rezeki bisa berangkat haji plus, mau gimana lagi pandemi covid, perekonomian keluarga sudah turun drastis sekali dan ini dana yang ditarik akan dipakai untuk yang lain dulu semoga berkembang," ungkap Sri Purnama kepada Riaupos.co di ruangan yang sama itu.
Selain berkonsultasi meminta pendapat terkait keinginan untuk membatalkan keberangkatan haji tersebut, ia juga memang sekaligus untuk memohon surat pengantar pembatalan keberangkatan haji kepada pihak Kemenag Pekanbaru.
Sri Purnama sendiri sudah tinggal di Jakarta sejak beberapa tahun in. Ia memutuskan untuk hijrah ke ibu kota dengan tujuan membantu sekaligus ikut terjun mengelola usaha kekuarga. Keluarganya sebenarnya punya kasta menengah ke atas. Namun tanpa diduga, bisnis besar yang digeluti keluarganya itu karam juga dihantam pandemi Covid-19.
"Kita pernah tinggal di Pondok Indah, ya di sana para artis tinggal juga kan. Namun akhirnya kita jual karena kondisi seperti sekarang. Sekarang malahan berniat ambil uang haji yang sudah perna kita setor di awal. Ya beginilah jalannya. Saya daftar haji dulu niatnya untuk mendampingi bapak karena ibu sudah meninggal, namun karena bapak juga sudah meninggal ya saya batal juga berangkat," tambah Sri Purnama.
Surat pembatalan keberangkatan haji dari Kemenag difungsikan sebagai salah satu syarat penarikan uang setoran awal keberangkatan haji. Surat tersebut diminta pihak bank syariah yang bekerja sama dengan Kemenag Pekanbaru. Setoran awal keberangkat calon haji mencapai sebesar Rp25 juta.
Setelah hampir satu jam di ruang haji Kemenang Pekanbaru tersebut, ia pun memutuskan berpamitan dan keluar ruangan bersama temannya itu. Sebelum meninggalkan kantor Kemenag Pekanbaru, ia meninggalkan berkas yang sedari tadi ia pegang dan melakukan pemotretan untuk diambil fotonya oleh petugas Kemenag.
Meski telah mendapatkan masukan oleh pihak Kemenag terkait sayangnya pembatalan tersebut, namun ia tetap memutuskan untuk menarik uang haji setoran awal tersebut. "Waiting list memang masih panjang. Tetapi tetap sayang sekali saya nilai kalau dibatalkan. Karena menunggu cukup lama sekali," ungkap Haryati.
Haryati juga menatap keluarnya Sri Purnama dari ruang kerjanya itu. "Ya kalau sudah keputusannya untuk membatalkan berangkat ya gimana lagi. Saya sudah kasi masukan tetapi seperti memang kuat pendiriannya," katanya.
Haryati mengatakan calon jamaah yang membatalkan berangkat ke tanah suci Makkah seperti Sri Purnama terbilang cukup banyak. Berdasarkan data pihak Kemenag Kota Pekanbaru setiap bulannya mencapai puluhan jamaah. "Setiap harinya ada saja yang datang meminta penerbitan surat rekom pembatalan keberangkatan haji. Setiap hari bisa dua sampai tiga jamaah yang datang. Surat itu untuk diberikan ke bank tempat uang haji," katanya.
Dijelaskan Haryati, batalnya keberangkatan para calon jamaah memiliki berbagai alasan berbeda beda. Namun umumnya berkeluh kesah dengan perokonomian yang terpuruk dan pandemi vovid 19.
"Karena tak sabar ada juga, umur dah tua. Daftar tunggu masih panjang sekitar 25 tahun lagi. Bisa naik lagi. Kemudian banyak yang masalah ekonomi juga," ungkap Haryati. Ia menambahkan pembatalan jamaah memungkinkan masih ada terjadi hingga akhir tahun.
Laporan: Joko Susilo (Pekanbaru)
Editor: Rinaldi